Tujuan Tuhan adalah Memberikan Akal dan Nafsu kepada Manusia. Memahami Konsep Akal dan Nafsu
Setelah memahami konsep akal, untuk memahami maksud Tuhan memberikan akal dan syahwat kepada manusia, selanjutnya yang perlu dipahami adalah konsep syahwat dalam pandangan Islam. Konsep syahwat dalam Islam merupakan salah satu aspek penting dalam memahami manusia dan perilakunya. Nafsu (jiwa) dalam Islam bukanlah sesuatu yang hanya bersifat negatif saja, melainkan dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain nafsu marah, nafsu lawwamah, dan nafsu mutmainnah yang masing-masing memiliki ciri dan pengaruh tersendiri.
1. Nafsu Marah
Marah merupakan sisi diri manusia yang cenderung ke arah hal negatif dan cenderung destruktif. Keinginan tersebut mendorong manusia untuk berperilaku buruk, seperti sifat marah, dengki, dengki, tamak, serakah dan sifat-sifat negatif lainnya.
Nafsu marah disebutkan dalam Al-Qur’an di QS. Yusuf [12:53], dimana Allah menggambarkan nafsu amarah sebagai sesuatu yang cenderung jahat, kecuali jika diberi rahmat oleh Allah. Kemarahan jika dominan dapat merusak hubungan dengan orang lain, merusak diri sendiri, dan merusak lingkungan sosial. Hal ini merupakan nafsu yang perlu dikendalikan dan ditekan agar manusia dapat menjalani kehidupan yang lebih baik.
2. Lawwamah Nafsu
Nafsu lawwamah merupakan sisi diri manusia yang cenderung merusak diri sendiri. Hal ini meliputi penyesalan, rendah diri, kekecewaan, keputusasaan, kecemasan, dan sifat-sifat negatif lainnya yang menyebabkan seseorang merasa terbelenggu.
Nafsu lawwamah disebutkan dalam Al-Qur’an di QS. Al-Qiyamah [75:2], dimana Allah bersumpah demi jiwa yang selalu menyesali dirinya sendiri. Nafsu lawamah dapat menghambat pertumbuhan pribadi dan perkembangan spiritual. Orang yang terlalu banyak merenungkan kesalahan masa lalu atau merasa rendah diri akan kesulitan untuk berkembang.