Pengusaha Libya dan Tunisia bertujuan mengimpor produk dari Indonesia
“Memang saat ini Laut Merah sedang ada permasalahan, sehingga pelayaran menjadi sangat mahal dan penerimaan barang dari Indonesia ke Libya menjadi mahal. Sebelum kasus Laut Merah, biaya pelayaran hanya mencapai 2.500 dolar AS per 20 kaki, sekarang sudah mencapai 2.500 dolar AS per 20 kaki. 6.000 dollar AS per 20 kaki” jadi ini tantangan besar bagi Indonesia. Tapi kami berharap ini cepat selesai sehingga target ekspor ke Libya bisa tercapai,” ujarnya.
Ketua Umum Kadin Jatim Adik Dwi Putranto mengaku sangat senang dan mengucapkan terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada pengusaha Jatim untuk menggelar pertemuan bisnis one on one dengan pengusaha Libya dan Tunisia.
“Saat ini permintaan dari pasar tradisional sudah turun seperti pasar Amerika dan Eropa, sehingga kami mendorong pelaku usaha di Jatim untuk masuk ke pasar nontradisional seperti Afrika Utara atau Libya,” kata Adik.
Ada sekitar 40 pengusaha yang mengikuti kegiatan “one one business meeting” tersebut. Pengusaha yang hadir adalah apa yang dibutuhkan oleh pengusaha Tunisia. Mereka bergerak di bidang furniture, tekstil, kopi, makanan dan minuman, interior, peralatan rumah tangga dan juga sepeda motor, ikan kaleng. “Karena sebelumnya kami sudah melakukan zoom. Jadi kami bertemu langsung dan melakukan transaksi,” jelasnya.
Wa’il Abdulaziz Shbash dari Alfosol Alarbaa Co. Libya mengatakan, pihaknya telah mengimpor bahan makanan dan cairan pembersih dari Indonesia selama 20 tahun. Dan di Libya, produk asal Indonesia ini dikenal memiliki kualitas yang bagus.
“Kualitasnya bagus dan bisa langsung dimanfaatkan masyarakat. Insya Allah dengan kunjungan seperti ini kami ingin kerja sama menjadi lebih baik dan bisa lebih banyak mengimpor produk Indonesia,” kata Wa’il Abdulaziz Shbash.
Keinginan serupa juga diungkapkan Imed Fakhfakh dari Galaxy Cirle Libya, bahwa pihaknya sudah 20 tahun mengimpor suku cadang sepeda motor dari China, namun setelah Dede Achmad Rifai dikenalkan dengan produk asal Indonesia, ia mengaku ingin beralih.
“Kami ingin beralih mengimpor barang dari Indonesia,” ujarnya.
Sementara itu, General Manager PT Bingkai Raya Milka Roh Utami mengaku sangat senang diberi kesempatan mengikuti kegiatan ini karena bisa menawarkan produk yang kami miliki. Berbagai macam produk yang dipamerkan antara lain berbagai produk berbahan logam, cat dan lain-lain.
“Selama ini kami sudah melakukan ekspor ke berbagai negara seperti Singapura, Malaysia, dan Filipina. Kami berharap dengan pertemuan ini kita bisa memperluas ekspor ke Libya,” ujarnya.
Reporter: Indra Setiawan
Redaktur: Nurul Aulia Badar
Hak Cipta © ANTARA 2024