Pengusaha Libya dan Tunisia bertujuan mengimpor produk dari Indonesia
Surabaya (ANTARA) – Sejumlah pengusaha asal Libya dan Tunisia yang dipimpin Kuasa Usaha Ad Interim/Menteri KBRI Tripoli Dede Achmad Rifai mengunjungi Rumah Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur dan menggelar pertemuan bisnis tatap muka dengan puluhan pengusaha. pengusaha asal Jawa Timur.
Hadir dalam kunjungan tersebut Ketua Umum Kadin Jatim, Adik Dwi Putranto, didampingi Wakil Ketua Umum (WKU) Kadin Jatim Bidang Promosi dan Perdagangan Internasional, Prof Tommy Kaihatu, WKU Kadin Jatim Bidang Konstruksi M Rizal, serta sejumlah pengurus Kadin Jatim dan perwakilan Kadin Kabupaten Kota se-Jatim di
Dede Achmad Rifai, dalam keterangannya di Surabaya, Sabtu, mengatakan kunjungan ini bertujuan mempertemukan pengusaha Libya dan Tunisia dengan pengusaha Jawa Timur.Pertemuan itu untuk memungkinkan kerja sama perdagangan kedua pihak karena banyak produk yang dibutuhkan Libya, mulai dari makanan dan minuman, furnitur, peralatan rumah tangga dan lain sebagainya.
“Selain pengusaha Libya yang hadir di ruang Kadin, ada juga pengusaha Libya yang mengikuti melalui virtual zoom meeting,” kata Dede Achmad Rifai.
Ia menegaskan, Libya merupakan negara yang berpotensi dijadikan alternatif tujuan ekspor. Ekspor ke Libya dinilai lebih mudah dan tidak seketat di Dubai karena produk Indonesia juga sudah terdaftar produk halal.
“Apalagi tarif bea masuk di sana sangat kecil, paling banyak 6 persen, sehingga sangat menguntungkan ekspor kita, harga barang lebih murah. Apalagi Libya merupakan hub distribusi barang ke negara-negara Timur Tengah dan Afrika,” kata Dede.
Dijelaskannya, selama ini barang impor tidak hanya dikonsumsi di Libya tetapi juga dikirim ke negara tetangga Libya seperti Tunisia, Sudan, dan Mesir.
Dengan bea masuk yang kecil, pengusaha Mesir biasanya bekerja sama dengan pengusaha Libya untuk mengimpor barangnya melalui Libya dan kemudian mengirimkannya dengan truk ke Mesir.“Saat ini Libya sudah menjadi hub dan perlahan perdagangan akan meningkat seiring dengan meningkatnya keamanan dan stabilitas di Libya. Jadi ini peluang besar bagi penguasa Indonesia, khususnya di Jawa Timur,” ujarnya.
Pada tahun 2023, nilai perdagangan bilateral Indonesia dan Libya mencapai Rp3 triliun, dengan rincian ekspor Indonesia ke Libya mencapai 174 juta dollar AS atau sekitar Rp2,25 triliun dan impor Indonesia dari Tunisia mencapai Rp750 miliar.Tahun ini, ekspor Indonesia ke Libya ditargetkan meningkat hingga Rp3 triliun.
Komoditas ekspor yang dibutuhkan di Libya antara lain makanan dan minuman kaleng seperti tuna kalengan, kopi olahan, suku cadang mobil, kertas, peralatan kantor dan rumah tangga, furnitur dan barang elektronik.