Memuliakan tanah dan air menjelang Hari Tanah Sedunia
Dalam konteks Indonesia, tema ini dikontekstualisasikan dengan kondisi Indonesia oleh Himpunan Ilmu Tanah Indonesia (HITI).
Tanah dan air merupakan elemen kunci dalam upaya memenuhi kebutuhan pangan 278 juta penduduk Indonesia yang saat ini berada dalam berbagai tekanan, seperti perubahan iklim, menurunnya produktivitas lahan, belum pulihnya perekonomian akibat COVID-19, serta terhambatnya distribusi. pupuk dan makanan akibat perang di negara-negara produsen. .
Oleh karena itu, tema Hari Tanah dipertajam menjadi “Pengelolaan Tanah untuk Mendukung Ketahanan dan Kedaulatan Pangan: Pasca COVID-19 dan Ketegangan Geopolitik Internasional”.
Tentu saja menjaga tanah dan air bukan perkara mudah, namun juga bukan perkara mustahil.
Setiap warga negara dapat mengambil langkah proaktif untuk menjaga sumber daya ini untuk generasi mendatang. Konservasi tanah dan air berkontribusi terhadap mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.
Pengelolaan bahan organik sisa biomassa pertanian, biomassa gulma dan kotoran ternak yang dikembalikan ke dalam tanah dapat meningkatkan kemampuan tanah dalam menahan air, sehingga lebih tahan ketika terjadi musim kemarau panjang.
Limbah pertanian, gulma, dan kotoran hewan hendaknya tidak lagi dipandang sebagai sampah, melainkan aset sebagai bahan pembenah tanah agar kemampuan tanah dalam menahan air lebih baik.
Di dunia, sistem pertanian tadah hujan menguasai 80 persen lahan pertanian dan menyumbang 60 persen produksi pangan global. Sistem ini sangat bergantung pada praktik pengelolaan kelembaban tanah yang efektif melalui bahan organik dan penutup tanah alami.
Di sisi lain, sistem pertanian beririgasi menyerap 70 persen air tawar dunia dan mencakup 20 persen lahan pertanian, sehingga penggunaan air yang berkualitas harus efisien.
Dalam konteks Indonesia, metode irigasi yang tepat pada setiap lanskap dan tipe iklim yang berbeda sangatlah penting. Sistem irigasi dengan saluran terbuka sudah saatnya dialihkan ke sistem saluran tertutup dengan perpipaan.
Pendistribusian air untuk pertanian sama pentingnya dengan pendistribusian air untuk manusia, seperti yang dilakukan Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM). Pengelolaan tanah dan air yang berkelanjutan adalah kunci untuk meningkatkan produktivitas lahan untuk pertanian.
Terakhir, konservasi tanah dan air juga berkontribusi besar terhadap adaptasi dan mitigasi iklim. Tanah yang sehat berperan sebagai penyerap karbon sehingga mengurangi emisi karbon ke udara yang menyebabkan pemanasan global.
Hanya dengan merawat, menghormati, dan memuliakan tanah dan air, suatu bangsa dapat maju secara ekonomi dan mempertahankan peradabannya.
*) Dr.Ir. Ladiyani Retno Widowati, M.Si. (Kepala Bidang Tanah dan Pupuk BSIP) dan Dr. Destika Cahyana, SP, M.Si (peneliti Pusat Penelitian Tanaman dan Pangan BRIN)
HAK CIPTA © ANTARA 2023