BMKG ungkap 12 fakta mengenai gempa Bawean
Gempa kerak dangkal dipicu oleh aktivitas sesar aktif dengan mekanisme geser atau horizontal di Laut Jawa. Jakarta (ANTARA) – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkap 12 fakta gempa yang terjadi di Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, Jumat (22/3), berkekuatan magnitudo 5,9 dan 6,5.Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Minggu, mengatakan fakta gempa Bawean yang pertama adalah gempa tersebut merupakan jenis gempa kerak dangkal.
Gempa kerak dangkal dipicu oleh aktivitas sesar aktif dengan mekanisme geser atau horizontal di Laut Jawa, ujarnya.
Fakta kedua, gempa di Bawean bersifat destruktif atau destruktif sehingga menyebabkan kerusakan bangunan tidak hanya di Pulau Bawean saja, tapi juga di Gresik, Tuban, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan, Bojonegoro, Pamekasan Madura, dan Banjarbaru.
Berikutnya fakta ketiga, gempa Bawean terjadi dengan spektrum guncangan yang luas sehingga dampak guncangannya terasa jauh dari pulau, seperti Banjarmasin, Banjarbaru, Sampit, Balikpapan, Madiun, Demak, Semarang, Temanggung, Solo. . Yogyakarta, Kulon Progo, dan Kebumen.
Lalu, fakta selanjutnya, gempa ini tidak berpotensi tsunami. Terkait hal tersebut, Daryono menjelaskan, hasil pemodelan tsunami BMKG menunjukkan gempa Bawean tidak berpotensi tsunami. Ia mengatakan, data lapangan hasil pemantauan tinggi muka air laut menggunakan Tide Gauge milik Badan Informasi Geospasial (BIG) di Karimunjawa, Lamongan, dan Tuban menunjukkan tinggi muka air laut normal tanpa ada anomali dalam catatan tsunami.
Fakta kelima, gempa Bawean berpusat di zona aktivitas kegempaan rendah, sehingga masyarakat awam menganggap gempa Bawean sebagai “gempa luar biasa” karena terjadi di wilayah yang jarang terjadi gempa dangkal.
Selama ini, kata Daryono, wilayah Laut Jawa biasanya menjadi episentrum gempa hiposenter dalam akibat deformasi lempeng Lempeng Indo-Australia yang tersubduksi ke bawah Lempeng Eurasia, tepatnya di bawah Laut Jawa pada kedalaman sekitar 500-600. km.
Keenam, gempa Bawean berpusat di zona Sesar Pola Meratus Lama. Gempa Bawean membuktikan bahwa garis sesar di Laut Jawa masih aktif dan juga menjadi pengingat bagi masyarakat untuk selalu waspada terhadap keberadaan sesar aktif dasar laut yang berada di dekat Pulau Bawean.
“Gempa bumi bisa berulang dan terjadi kapan saja. Meski termasuk zona kegempaan rendah, Laut Jawa sebelah utara Jawa Timur masih berpotensi gempa karena secara geologis dan tektonik terdapat Sesar Pola Meratus Lama,” tambah Daryono.