Strategi Bermakna Dakwah Nabi di Mekkah yang Wajib Diketahui Umat Islam
Karena dakwah yang disampaikan Nabi Muhammad SAW benar-benar baru dan berkaitan dengan persoalan agama, yang dalam kacamata sosiologi dan antropologi merupakan persoalan yang sangat sulit diubah karena berkaitan dengan keyakinan, maka muncullah berbagai reaksi dari kalangan Quraisy Mekkah.
Sebagian kecil dari mereka langsung percaya dan meyakini Islam, dan sebagian besar lainnya menolaknya, terutama para tokoh dan pejabat Quraisy yang sudah merasa mapan dengan keyakinan lamanya.
Reaksi keras datang dari pejabat Quraisy, Abu Lahab. Setelah mendengar khotbahnya, Abu Lahab menjadi marah dan berkata, “Celakalah kamu wahai Muhammad selama-lamanya, untuk apa kamu mengumpulkan kami semua di sini?”
Setelah perkataan tersebut keluar dari mulut Abu Lahab, Allah SWT berfirman yang artinya:
“Dua tangan Abu Lahab akan binasa dan ia benar-benar binasa! Hartanya dan apa yang telah ia usahakan tidak ada gunanya baginya. Suatu saat ia akan masuk api (neraka) yang berkobar-kobar. pembawa kayu bakar (pemfitnah) “Pada lehernya ada tali sabut yang dipilin.” (Al-Lahab: 1-5).
Gertakan dan ejekan Abu Lahab saat menyampaikan dakwahnya di Gunung Shafa tidak menyurutkan semangat dakwah Nabi Muhammad SAW, apalagi niatnya untuk menghentikan kegiatan dakwahnya. Sebaliknya dengan diturunkannya surat Al-Lahab di atas, beliau semakin gigih, semangat dan agresif dalam dakwahnya. Seruannya terus bergema di seluruh pelosok kota Mekkah hingga turunnya ayat yang artinya:
“Maka sampaikan (Muhammad) secara terbuka segala sesuatu yang diperintahkan (kepadamu) dan jauhi orang-orang musyrik.” (Al-Hijr 94).
Ayat di atas semakin menguatkan kedudukan Nabi sebagai utusan Allah SWT agar dapat menyampaikan risalahnya secara tegas dan terbuka, serta menentang tindakan orang-orang kafir di Mekkah.