Roud up – Berharap ketika hari mulai gelap di Hangzhou, maka di Paris akan cerah
Jakarta (ANTARA) – Pasca geger pesta olahraga terbesar di benua Asia, kobaran api Asian Games 2022 di kuali Hangzhou Olympic Sports Center, China, perlahan meredup hingga akhirnya padam.Beberapa saat sebelumnya telah dilakukan penyerahan spanduk Asian Games dari panitia penyelenggara Asian Games ke-19 dan Komite Olimpiade Asia kepada perwakilan Jepang, Gubernur Prefektur Aichi Hideaki Omura dan Wakil Walikota Nagoya Hideo Nakata yang akan menjadi tuan rumah pesta olahraga empat tahunan edisi berikutnya tersebut. pada tahun 2026.
Bagi tuan rumah, Asian Games Hangzhou semakin menegaskan fakta bahwa Negeri Tirai Bambu ini kini benar-benar membuktikan diri sebagai negara adidaya di era multipolar. Mereka tidak hanya kuat di bidang diplomasi regional, ekonomi, dan berbagai teknologi mutakhir, tapi juga mumpuni di kancah olahraga.
Terbukti hingga berakhirnya Asian Games kali ini, negara pimpinan Xi Jinping ini mendominasi hampir seluruh cabang olahraga yang dipertandingkan dan jumlah medali yang berhasil dikumpulkan kontingennya tertinggal jauh dari sejumlah rivalnya yang sudah lama dikenal. sebagai raksasa olahraga Asia, seperti Jepang dan Korea Selatan.
Dua rival terdekat yang menjadi runner up dan ketiga klasemen akhir Asian Games yang sempat tertunda setahun akibat pandemi Covid-19 ini kesulitan mengejar ketertinggalan dari China. Jumlah total medali yang diraih kedua negara jika digabungkan masih kalah dibandingkan yang berhasil dikumpulkan tuan rumah.
Untuk lingkup regional Asia Tenggara yang lebih kecil, Thailand menjadi wakil negara di kawasan yang berhasil menembus 10 besar yakni di posisi ke-8 setelah meraih total 58 medali dengan rincian 12 emas, 14 perak, dan 32 perunggu. .
Sementara kontingen Indonesia harus puas di peringkat 13 setelah hanya mampu mendulang 7 emas, 11 perak, dan 18 perunggu. Tepat di bawah Indonesia ada negara tetangga Malaysia yang mengoleksi total 32 medali, terdiri dari 6 emas, 8 perak, dan 18 perunggu.
Negara ASEAN lainnya juga bernasib serupa, terpuruk dengan koleksi medali yang sangat minim. Filipina di peringkat 17, Singapura (20), Vietnam (21), Myanmar (27), Brunei Darussalam (32), Laos (35), Kamboja (38), bahkan Timor Leste tak mampu meraup satu medali pun.
Bagi Indonesia, posisinya yang berada di peringkat 13 Asia setelah hanya mampu mendulang 7 medali emas jelas meleset dari target yang telah ditetapkan. Kemenpora sebelumnya menargetkan Merah Putih di Hangzhou bisa menembus 12 besar dengan 12 medali emas. Sementara itu, Presiden Jokowi justru menuntut prestasi yang lebih agresif, yakni mampu menembus 10 besar berkat usaha 415 atlet dan 161 ofisial dari 31 cabang olahraga yang diikuti tim Indonesia.
Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Dito Ariotedjo menyatakan, meski persiapan matang dan kerja keras para atlet Indonesia, hasil yang didapat di Asian Games 2022 belum sesuai harapan. “Saya menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh masyarakat Indonesia dan Presiden RI karena target beliau untuk masuk 10 besar tidak tercapai,” kata Menpora.
Harus diakui, banyak faktor yang berperan dalam menentukan berhasil tidaknya target suatu cabang olahraga yang dipertandingkan di Hangzhou. Ada target yang meleset, namun ada juga kejutan yang datang dari sejumlah ajang yang sebelumnya terabaikan.
Kejutan dua medali emas misalnya dipersembahkan pada cabang olahraga menembak yang dibawakan Muhammad Sejahtera Dwi Putra pada nomor lari 10m tunggal putra dan lari 10m beregu campuran. Ini menjadi catatan sejarah tersendiri setelah olahraga ini sukses menyudahi puasa medali emas selama 69 tahun sejak pertama kali dipertandingkan menembak di Asian Games 1954.