NEWS

Berita Trending Terupdate

KasusotomotifUmumUnik

Rangkaian Acara Nyepi, Arti, Tujuan dan Aturannya


Rangkaian acara Nyepi terdiri dari beberapa tradisi dan upacara keagamaan. Dalam rangkaian acara Nyepi ini, umat Hindu mengikuti lima ritual antara lain Upacara Melasti, Penyembahan Sembah, Tawur Agung, Nyepi, dan Ngembak Geni. Berikut penjelasan rangkaian acara Nyepi:

1. Upacara Melasti

Hakikat Upacara Melasti adalah menyucikan fitrah manusia (bhuana alit) dan alam semesta (bhuana Agung). Rangkaian acara Nyepi ini dilaksanakan di sumber air suci Kelebutan, Segara, Campur dan Patirtan. Namun kegiatan ini lebih banyak dilakukan di Segara. Rangkaian acara Nyepi ini dilakukan dengan berdoa menghadap ke laut.

Upacara melasti melaksanakan pralingga atau pratima ida bhatara dengan berkeliling desa sebelum melaut. Pratima atau arca merupakan pengganti arca yang ada di candi. Meski terbuat dari kertas, kayu atau batu, pratima sangat berharga dan dihormati oleh umat Hindu. Tujuan berkeliling desa adalah untuk mensucikan desa berdasarkan kemurnian pratima. seluruh masyarakat melaksanakan upacara ini dengan khidmat, tertib dan ikhlas.

2. Tawarkan Ibadah

Rangkaian acara Nyepi berikutnya adalah persembahan ibadah. Usai melaksanakan Upacara Melasti, umat Hindu membawa pratima beserta segala perlengkapannya langsung menuju balai besar atau pura desa yang ada di masing-masing desa Pakraman. Sebelum ngrupuk, masyarakat melakukan nyejer, kemudian mereka melakukan ibadah atau pemujaan sesuai dengan tujuan utama hari raya Nyepi.

3. Tawur Agung

Dalam bahasa Jawa, tawur artinya saur. Dalam bahasa Indonesia artinya melunasi hutang. Di setiap persimpangan jalan di suatu desa atau pemukiman terdapat simbol untuk menjaga keseimbangan. Keseimbangan yang dimaksud adalah buana alit, buana Agung, bhuta manusia, keseimbangan para dewa, serta mengubah kekuatan bhuta menjadi dewa yang mempunyai harapan memberikan kesejahteraan dan kedamaian.

Rangkaian acara Nyepi dilanjutkan dengan ngrupuk atau mebuu-buu di setiap rumah tangga. Hal ini bertujuan untuk membersihkan lingkungan dari pengaruh bhuta kala yang diartikan sebagai sesuatu yang merusak kehidupan, kesejahteraan, kesehatan dan kesuburan. Acara ngrupuk menghadirkan ogoh-ogoh sebagai simbol bhuta kala sekaligus menampilkan kreativitas seni budaya Bali.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *