Prestasi dan kasus korupsi mewarnai tenis Indonesia tahun ini
Pengurus organisasi tanpa kapten diharapkan terus mencari cara untuk mengantarkan para atlet meraih prestasi lebih tanpa harus melalui dramatisasi. Jakarta (ANTARA) – Bagaikan pelangi, tenis Indonesia memiliki banyak warna yang menghiasi perjalanannya sepanjang tahun ini, mulai dari prestasi hingga kasus korupsi yang menjerat para petinggi organisasi.Tenis Indonesia mengawali tahun 2023 dengan baik, menjadi timnas terkuat di kawasan Asia Tenggara, dan sejumlah nama atlet individu semakin diperhitungkan di turnamen internasional. Bahkan salah satunya berhasil mencatatkan sejarah baru tenis Indonesia di kompetisi tenis kasta tertinggi dunia tersebut.
Namun tenis Indonesia nampaknya akan lesu menjelang akhir tahun. Tak banyak medali yang diraih di ajang olahraga tingkat Asia, bahkan Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Tenis Seluruh Indonesia (PP Pelti) terseret kasus dugaan gratifikasi dan disebut-sebut menggunakan sebagian uang hasil korupsi untuk mengambil alih. posisi baru yang dijabatnya pada Desember 2022.
Tim tenis nasional Indonesia menjadi juara umum SEA Games Kamboja 2023 setelah meraih empat medali emas, dua perak, dan tiga perunggu di ajang olahraga internasional Asia Tenggara tersebut.
Empat medali emas cabang tenis diraih oleh tunggal putri Priska Madelyn Nugroho, tunggal putra Muhammad Rifqi, ganda campuran Aldila/Christopher Rungkat, dan beregu putri yang terdiri dari Aldila Sutjiadi, Beatrice Gumulya, Priska Madelyn Nugroho, dan Jessy Rompies.
Christopher Rungkat dan Nathan Anthony Barki meraih dua medali perak di ganda putra, dan Aldila/Jessy Rompies di ganda putri.
Tiga medali perunggu diraih Beatrice Gumulya/Fitriana Sabrina di ganda putri, David Agung Susanto/Beatrice Gumulya di ganda campuran, serta Christopher Rungkat, David Agung Susanto, Muhammad Rifqi Fitriadi, dan Nathan Anthony Barki di beregu putra.
Penuh prestasi
Prestasi pun turut dibukukan atlet timnas, yang paling menonjol adalah Aldila Sutjiadi. Ia menunjukkan tajinya di sirkuit tur tenis putri WTA, bahkan berhasil mencapai semifinal ganda campuran Prancis Terbuka dan Wimbledon bersama rekannya dari Belanda Matwe Middelkoop.
Prestasi Aldila di Wimbledon menjadi sejarah baru bagi tenis Tanah Air. Sebelum Aldila, mantan petenis putri Indonesia Angelique Widjaja meraih penampilan terbaiknya di perempat final Grand Slam ganda putri lapangan rumput pada tahun 2003 dan 2004.
Legenda tenis Indonesia lainnya, Yayuk Basuki, menorehkan prestasi terbaiknya di Wimbledon dengan mencapai babak perempat final tunggal putri pada tahun 1997.
Tahun ini giliran Aldila yang mengukir sejarah tenis Indonesia di Wimbledon dengan prestasi terbaiknya di semifinal ganda campuran.
Petenis berusia 28 tahun itu juga berhasil meraih tiga gelar WTA pada tahun ini. Awal Januari lalu, Aldila yang berpasangan dengan petenis Jepang Miyu Kato berhasil meraih gelar pertama musim ini dengan menjuarai ganda putri pada turnamen WTA 250 bertajuk ASB Classic di Auckland, Selandia Baru.
Dua bulan kemudian, Aldila dan rekannya, petenis Selandia Baru Erin Routliffe, mengangkat trofi tersebut usai menjuarai final ATX Open di Austin, Texas, AS, pada Maret lalu.
Aldila/Kato kembali meraih gelar juara setelah tak terkalahkan dalam Tennis in The Land, turnamen WTA 250 di Cleveland, Ohio, Amerika Serikat, Agustus lalu.
Di sektor putra, pasangan ganda putra tuan rumah Christopher Rungkat/Nathan Barki berhasil menjuarai seri kelima turnamen BNI MedcoEnergi M25K pada Juni lalu.
Muhammad Rifqi Fitriadi meraih gelar turnamen International Tennis Federation (ITF) pertama dalam karirnya setelah menjuarai babak final seri ketiga Harum Energy Mens World Tennis Tour 2023 Jakarta, Juli.
Banyaknya turnamen tenis internasional yang diselenggarakan di Indonesia terbukti dapat menjadi wadah bagi para atlet untuk mengembangkan diri, serta membantu para atlet untuk mengupayakan peningkatan peringkat tanpa harus membuang waktu, uang, dan tenaga lebih banyak saat mengikuti turnamen di beberapa negara sekaligus.