Pencipta kaos barong Bali Pande Ketut Krisna berpulang
Mengutip pernyataan Pande Ketut Krisna beberapa tahun lalu di kediamannya di Batubulan, Kabupaten Gianyar, Bali, ia mengatakan mengapa barong dibuat karena barong paling mudah dibuat, tapi bukan barong ketet (ket).
“Bentuknya kita buat paling sederhana, kalau gambar Barong Ket susah, kita permudah saja,” kata pria yang juga merintis toko oleh-oleh modern di Bali itu.
Baca juga: Pertunjukan Barong Sai Sambut Tahun Baru Imlek di Bali
Baca juga: “Barong dan Rangda” Digemari Wisatawan Jepang
Saat dibuat pada tahun 1969, kaos atau baju barong banyak dijual di berbagai tempat wisata seperti Ubud dan Kuta. Dulu kaos barong dijual dengan harga Rp 1.500 per potong dan laris manis karena merupakan penemuan baru.
“Hasil penjualan baju barong membawa keberkahan bagi saya. Sebelumnya saya punya usaha kecil-kecilan di Gianyar. Keberkahan baju barong membuat saya sukses. Baju barong sudah banyak dijual ke berbagai negara, karena buatan tangan dan unik,” kata almarhum. pada waktu itu.
Meski telah membuat dan menciptakan baju barong sejak tahun 1969, Pande mengaku tidak memiliki hak paten.
Saat itu dia belum memikirkan soal paten dan saat itu dia menganggap dua tahun sudah cukup. Anggota keluarga lainnya juga menularkan ilmu cara membuatnya.
Namun bila dirasa perlu, mungkin pemerintah bisa membantu memberikan hak paten agar hak cipta baju barong tetap menjadi milik masyarakat Bali, kata Pande Krisna saat itu.
Sejak diciptakan pada tahun 1969 hingga saat ini, penjualan kaos barong selalu stabil. Permintaan tidak hanya datang dari Indonesia, tapi juga dari luar negeri.
Baca juga: Barong dan Rangda Karya Seniman Bali Dikoleksi Museum Jerman
Baca juga: Festival Barong Superstar Digelar di Badung untuk Melestarikan Budaya
Baca juga: Penari Bali Akan Menampilkan Tari Nawasari di Sidang UNESCO
Wartawan: Ni Luh Rhismawati
Redaktur: Budhi Santoso
Hak Cipta © ANTARA 2024