Merasa Mudah Tersinggung? Coba cari tahu penyebabnya dan cara mengatasinya
Sifat lekas marah seringkali menjadi masalah pelik dalam interaksi sosial. Pelanggaran sering kali melibatkan pengalaman emosi negatif akibat kata-kata atau tindakan yang bertentangan dengan harapan dan keyakinan kita tentang perilaku yang benar, pantas, bermoral, dan dapat diterima. Merasa tersinggung atau menyebut sesuatu yang menyinggung berakar pada ekspektasi yang mengatur interaksi kita sehari-hari.
Dalam penelitian di bidang hubungan interpersonal, ekspektasi tersebut cenderung terbentuk dalam konteks hubungan kita dengan orang lain. Ketika ekspektasi ini dilanggar, kita cenderung merasa tersinggung. Ada tiga jenis ekspektasi antarpribadi, yaitu “ekspektasi visibilitas”, “ekspektasi keuntungan bersama”, dan “ekspektasi kesetaraan”.
Penting untuk dicatat bahwa kebencian tidak hanya terjadi dalam hubungan pribadi, tetapi juga dapat muncul karena komentar di media sosial yang merendahkan atau mempertanyakan nilai kita. Seperti kebangsaan, sikap politik, atau agama.
Penilaian yang dipengaruhi oleh nilai dan keyakinan kita menjadi tolak ukur dalam menilai orang lain, termasuk orang yang tidak kita kenal dengan baik. Nilai-nilai ini menjadi bagian penting dari identitas kita, memberi kita rasa berhak untuk merasa tersinggung karena kita yakin nilai-nilai itu penting dan harus dihormati.
Penelitian menunjukkan bahwa ekspektasi, nilai, dan keyakinan kita didasarkan pada pengalaman masa lalu yang terakumulasi sepanjang hidup kita. Hal ini menjelaskan mengapa orang merasa tersinggung karena berbagai alasan. Konteks pribadi, seperti pengalaman perundungan di sekolah, dapat memengaruhi reaksi seseorang terhadap suatu pernyataan atau tindakan.