Kiblat umat Islam menghadap ke arah Ka’bah, berikut sejarahnya
Kartu Kredit dan Layanan Pelanggan ْا مِنْ مَّقَامِ اِبْرٰهٖمَ مُصَلًّىۗ وَعَهِدْنَآ اِلٰٓى ا ِبْرٰهٖمَ وَاِسْ مٰعِيْلَ اَنْ طَهِّرَا بَيْتِيَ لِلطَّاۤىِٕفِيْن َ وَالْعٰكِفِيْنَ وَالرُّ كَّعِ السُّجُوْدِ
“Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah (Ka’bah) sebagai tempat berkumpul dan tempat yang aman bagi manusia. tawaf, orang-orang yang iktikaf, orang-orang yang rukuk dan orang-orang yang sujud!’” (QS. Al-Baqarah ayat 125)
Menurut ajaran Islam, menghadap Ka’bah saat shalat merupakan tanda kesatuan, ketaatan dan kesucian dalam beribadah kepada Allah SWT. Sebagai titik fokus dalam beribadah, Ka’bah sebagai Kiblat umat Islam menghubungkan umat Islam dari berbagai belahan dunia dalam kebersamaan dan ketaatan kepada Allah SWT.
Sepanjang perjalanannya, Ka’bah telah mengalami empat kali perbaikan. Renovasi terakhir dilakukan pada masa Dinasti Bani Umayyah dipimpin oleh Malik bin Marwan seperti dilansir Al-Hajjaj. Renovasi bertujuan untuk menjaga dan memperbaiki struktur fisik Ka’bah, menjamin keutuhan bangunan suci ini untuk generasi mendatang.