Aktivitas pembakaran sampah dan kasus kebakaran berpotensi mempengaruhi kualitas udara di Yogyakarta. Berdasarkan pantauan Laporan Kualitas Udara yang dikeluarkan Nafas Indonesia Agustus 2023, Yogyakarta menduduki peringkat ke-8 kota dengan polusi tertinggi di Indonesia.
Peringkat ini diukur berdasarkan kadar PM 2.5, yaitu partikel polusi udara padat seukuran butiran pasir. Ukuran PM 2.5 sangat kecil sehingga partikel tersebut tidak dapat disaring oleh tubuh dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan.
Kadar PM 2.5 di Yogyakarta pada Agustus 2023 mencapai 43. Naik 12 poin dari Juli yang hanya 31. Kadar PM 2.5 yang mencapai 43 tidak sehat bagi kelompok sensitif. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan bahwa udara bersih memiliki konsentrasi PM 2.5 kurang dari 15 µg/m3 dalam 24 jam dan 5 µg/m3 dalam setahun.
Pakar Pulmonologi Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM, Ika Trisnawati, mengatakan pembakaran sampah yang memicu kebakaran lahan merupakan salah satu bentuk bencana ekologi. Polutan yang dihasilkan dari pembakaran sampah dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan mulai dari yang akut hingga kronis.
“Udara yang dihirup ke dalam paru-paru bercampur dengan partikel pembakaran (sampah) yang mengandung racun. Yang paling terkena dampaknya adalah saluran pernafasan dan paru-paru,” kata Ika, Jumat (15/9/2023).
Dokter spesialis paru dan penyakit dalam ini mengatakan, plastik dan karet merupakan jenis sampah yang paling beracun jika dibakar. Dalam polutan tersebut, terdapat partikulat sangat kecil yang dapat masuk ke paru-paru sehingga menyebabkan peradangan dan penyakit.
“Setiap partikulat mengandung sulfat, nitrat, amonia, karbon monoksida, hidrogen yang semuanya dapat merusak jaringan atau sel saluran pernapasan dan kantung paru-paru,” imbuhnya.
Dalam jangka panjang, polutan yang terhirup dapat menyebabkan paru-paru mengalami infeksi akut hingga kronis. Yang terburuk, hal itu menyebabkan kanker paru-paru. Kondisi ini bisa dialami oleh siapa saja, sedangkan kelompok tertentu seperti penderita penyakit penyerta, anak-anak, dan lansia lebih rentan. Polusi udara juga dapat menyebabkan penyakit lain, seperti kanker kelenjar getah bening atau kanker darah, gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah.
“Pencemar sendiri tidak hanya berdampak pada paru-paru, karena zat beracun bisa tumpah ke pembuluh darah dan menyebabkan kelainan pada organ lain,” jelas Ika.
Jika terhirup, partikulat beracun dapat masuk ke pembuluh darah dan berdampak pada jantung. Zat beracun ini akan menyebabkan pengapuran atau pengapuran (penumpukan kalsium) pada arteri (pembuluh darah) sehingga menyebabkan stroke, hipertensi, dan gangguan jantung.
“Memang efek yang pertama kali terlihat adalah efek akut pada paru-paru, karena begitu terhirup langsung terasa. Namun dalam jangka panjang bisa berdampak pada organ lain, terutama kanker,” imbuhnya.
Ika menjelaskan, polusi udara juga berdampak pada tumbuh kembang anak. Anak yang tumbuh di daerah tercemar dan tidak tercemar mempunyai pertumbuhan otak yang berbeda. Polutan dapat menyebabkan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau gangguan pemusatan perhatian yang dapat muncul sejak dalam kandungan hingga masa pertumbuhan anak.
“Autisme atau ADHD salah satu penyebabnya adalah polutan,” tegasnya.