Contoh Ngoko Alus dan Ngoko Lugu, Memahami Konsep Undha Usuk dalam Bahasa Jawa
Variasi bahasa Ngoko alus dalam bahasa Jawa juga mempunyai ciri-ciri yang membedakannya dengan variasi bahasa Ngoko alus. Ciri-ciri ngoko alus antara lain sebagai berikut:
A. Tetembungane ngoko campuran tembung krama inggil ing jejer, wasesa dan tembung kriya
Dalam bahasa Ngoko Alus terdapat percampuran kata dari bahasa Ngoko (sehari-hari) dengan kata dari bahasa Krama Inggil (resmi). Penggunaan kata krama inggil biasanya digunakan untuk fungsi kalimat jejer (subjek) dan wasesa (predikat). Selain itu, bahasa Ngoko Alus juga menggunakan kata krama inggil untuk kata kriya (kata kerja).
B. Nggunakake ater-ater tripurusa (dak-, ko-, di-) ngoko
Seperti halnya dalam bahasa Ngoko Lugu, dalam bahasa Ngoko Alus juga digunakan kata kerja yang diawali dengan “dak-” untuk orang pertama (aku), “ko-” untuk orang kedua (kamu), dan “di-” untuk orang kedua (kamu). orang ketiga (dia) dalam bahasa Ngoko.
C. Ngunakake panambang (-i, -e, -ake)
Bahasa Ngoko Alus menggunakan kata-kata yang lebih formal dan kompleks, termasuk kata ganti posesif dan kata ganti posesif yang lebih formal.
D. Penggunaan kata ganti
Dalam bahasa Ngoko Alus, kata ganti orang pertama adalah “aku”, tetapi kata ganti orang kedua adalah “panjenengan”. Penggunaan “panjenengan” menunjukkan tingkat formalitas yang lebih tinggi dibandingkan “kowe” dalam bahasa Ngoko Lugu.
Inilah ciri khas bahasa Ngoko Alus dalam bahasa Jawa yang memadukan unsur bahasa sehari-hari dengan bahasa formal, penggunaan kata yang lebih kompleks, dan menunjukkan tingkat formalitas yang lebih tinggi, terutama pada penggunaan kata ganti orang kedua.