Hati nurani manusia pada dasarnya terdiri dari tiga hal, yaitu keadilan, kepercayaan, dan rasa hormat terhadap orang tua.Jakarta (ANTARA) – Wakil Presiden RI Ma’ruf Amin mengatakan pikiran yang sehat dan hati yang bersih menjadi kunci merawat bangsa agar terhindar dari konflik. .Jadi, kehilangan akal sehat, punya hati yang tidak bersih, saya kira ini sumber disharmoni atau konflik. Ini yang memang harus kita suarakan, kata Wapres.
Hal itu disampaikan Wapres saat menerima audiensi sejumlah tokoh nasional di Istana Wapres, Jakarta, Kamis.
Tokoh-tokoh tersebut adalah Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, Quraish Shihab, Lukman Hakim Saifuddin, Karlina Rohima Supelli, Makarim Wibisono, Kardinal Suharyo, Pendeta Gomar Gultom, dan Alissa Wahid.
Dalam pertemuan tersebut, Wapres menyampaikan apresiasinya kepada para tokoh lintas agama yang hadir membawakan gagasan Gerakan Hati Nurani Nasional sebagai upaya melindungi dan merawat bangsa Indonesia.
“Saya senang sekali karena masih banyak tokoh-tokoh yang mau berusaha melindungi bangsa ini. Kalau tidak ada, saya kira keadaan bangsa Indonesia ke depan akan lebih buruk lagi karena tidak ada masyarakat yang mau. untuk menyuarakan kebenaran dan kebaikan,” ujarnya.
Salah satu tantangan terdekat dalam menjaga keutuhan bangsa, kata Wapres, adalah kontestasi pemilu 2024.
Menurut Ma’ruf Amin, pemilu dapat menimbulkan polarisasi di masyarakat yang dapat berujung pada perpecahan.
Oleh karena itu, dia menegaskan, peran tokoh bangsa saat ini sangat diperlukan, terutama untuk mengingatkan masyarakat agar tetap mampu menjaga batasan perbedaan pilihan politik dalam koridor yang tidak menimbulkan konflik.
Saya kira para tokoh ini harus terus berupaya melalui berbagai pertemuan dan forum untuk menyuarakan bagaimana seharusnya menjaga dan merawat keutuhan bangsa ini, ujarnya.
Wapres mengatakan, perpecahan sama saja dengan mengkhianati perjuangan para pendiri bangsa yang telah berjuang menyatukan segala perbedaan di masa lalu.
“Bisa dibayangkan negara sebesar ini bisa bersatu, menurut saya itu bukan pekerjaan mudah. Bagaimana rasanya saat itu dengan keterbatasan sarana komunikasi dan transportasi, namun luar biasa bisa menyatukan berbagai suku dan bangsa. agama melalui kesepakatan nasional,” ujarnya.
Baca juga: TKN Hormati Wakil Presiden Ma’ruf Amin dengan Ucapan Tiga Jari di HUT PDIP
Baca juga: Mahfud berharap sapaan tiga jari Ma’ruf Amin sebagai bentuk dukungan
Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, istri presiden keempat Indonesia Abdurrahman Wahid, mengungkapkan keprihatinannya, terutama terkait situasi menjelang pemilu dan konflik yang sedang berlangsung di tanah air, seperti di Papua.
“Semua ini membuat kita prihatin bagaimana menghadapinya karena mereka semua adalah anak bangsa Indonesia yang kita cintai. Oleh karena itu, kita terharu melihat keadaan seperti ini, kita mempunyai ide untuk membentuk suatu gerakan yang kami menyebutnya Gerakan Hati Nurani Nasional,” ujarnya.
Gerakan ini, kata Sinta Nuriyah, bertujuan untuk mengajak para tokoh bangsa untuk terus bergerak dengan tetap menjaga komitmennya dalam merawat bangsa dan negara untuk generasi mendatang.
Setidaknya kita bisa memberikan teladan dan teladan kepada generasi muda agar bisa meneladani dan meneladani apa yang telah dilakukan tokoh-tokoh nasional dalam merawat dan melindungi bangsa Indonesia dengan sebaik-baiknya, ujarnya.
Sementara itu, ulama senior Quraish Shihab mengutarakan pandangannya bahwa hati nurani manusia pada dasarnya terdiri dari tiga hal, yakni keadilan, amanah, dan hormat kepada orang tua.
“Kalau kita sebut ini (Gerakan Hati Nurani Nasional), sebenarnya kita tuju ke sana (keadilan, kepercayaan, dan hormat kepada orang tua). Kita ingin keadilan ini menyentuh semua pihak, kita ingin kepercayaan itu dijunjung tinggi, dan kita ingin menghormati orang yang lebih tua. “Kamilah yang berkontribusi,” jelas Quraish Shihab.
Dalam kesempatan yang sama, Kardinal Suharyo mengingatkan pentingnya tiga kata yang memiliki akar kata yang sama sebagai kunci kepedulian terhadap bangsa. Ketiga kata tersebut adalah khalik (sang pencipta), makhluk (ciptaan Tuhan), dan akhlak yang mulia.
“Kita semua berharap ketika seseorang menyadari dirinya sebagai makhluk, kepada Sang Khalik (Sang Pencipta) harus sujud dan beribadah, serta kepada lingkungan, dunia dan sesama dalam hidup bersama dan berakhlak mulia,” kata Suharyo. .
Oleh karena itu, kata Suharyo, aspek moralitas dasar ini sangat menentukan dalam upaya kepedulian terhadap bangsa.
“Kita bisa bicara ekonomi, bicara budaya, dan sebagainya, tapi kalau pemahaman dasar ini tidak ditumbuhkan, moralitas tidak kuat, maka semua itu (upaya kepedulian terhadap bangsa) terasa rapuh,” ujarnya. .
Wartawan : Rangga Pandu Asmara Jeruk
Editor : D.Dj. Kliwantoro
Hak Cipta © ANTARA 2024