Wapres: Akal sehat dan hati bersih kunci rawat bangsa
Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, istri presiden keempat Indonesia Abdurrahman Wahid, mengungkapkan keprihatinannya, terutama terkait situasi menjelang pemilu dan konflik yang sedang berlangsung di tanah air, seperti di Papua.
“Semua ini membuat kita prihatin bagaimana menghadapinya karena mereka semua adalah anak bangsa Indonesia yang kita cintai. Oleh karena itu, kita terharu melihat keadaan seperti ini, kita mempunyai ide untuk membentuk suatu gerakan yang kami menyebutnya Gerakan Hati Nurani Nasional,” ujarnya.
Gerakan ini, kata Sinta Nuriyah, bertujuan untuk mengajak para tokoh bangsa untuk terus bergerak dengan tetap menjaga komitmennya dalam merawat bangsa dan negara untuk generasi mendatang.
Setidaknya kita bisa memberikan teladan dan teladan kepada generasi muda agar bisa meneladani dan meneladani apa yang telah dilakukan tokoh-tokoh nasional dalam merawat dan melindungi bangsa Indonesia dengan sebaik-baiknya, ujarnya.
Sementara itu, ulama senior Quraish Shihab mengutarakan pandangannya bahwa hati nurani manusia pada dasarnya terdiri dari tiga hal, yakni keadilan, amanah, dan hormat kepada orang tua.
“Kalau kita sebut ini (Gerakan Hati Nurani Nasional), sebenarnya kita tuju ke sana (keadilan, kepercayaan, dan hormat kepada orang tua). Kita ingin keadilan ini menyentuh semua pihak, kita ingin kepercayaan itu dijunjung tinggi, dan kita ingin menghormati orang yang lebih tua. “Kamilah yang berkontribusi,” jelas Quraish Shihab.
Dalam kesempatan yang sama, Kardinal Suharyo mengingatkan pentingnya tiga kata yang memiliki akar kata yang sama sebagai kunci kepedulian terhadap bangsa. Ketiga kata tersebut adalah khalik (sang pencipta), makhluk (ciptaan Tuhan), dan akhlak yang mulia.
“Kita semua berharap ketika seseorang menyadari dirinya sebagai makhluk, kepada Sang Khalik (Sang Pencipta) harus sujud dan beribadah, serta kepada lingkungan, dunia dan sesama dalam hidup bersama dan berakhlak mulia,” kata Suharyo. .
Oleh karena itu, kata Suharyo, aspek moralitas dasar ini sangat menentukan dalam upaya kepedulian terhadap bangsa.
“Kita bisa bicara ekonomi, bicara budaya, dan sebagainya, tapi kalau pemahaman dasar ini tidak ditumbuhkan, moralitas tidak kuat, maka semua itu (upaya kepedulian terhadap bangsa) terasa rapuh,” ujarnya. .
Wartawan : Rangga Pandu Asmara Jeruk
Editor : D.Dj. Kliwantoro
Hak Cipta © ANTARA 2024