Layaknya robot berbentuk manusia yang lengannya bisa terbang sendiri, ekor cacing silid hijau asal Jepang ini pun bisa bergerak bebas. Sel telur atau sel sperma bertemu secara terpisah dengan tubuh utama cacing.
Mengutip dari New Atlas, pada tahap ini stolon mandiri dilengkapi dengan bulu untuk berenang, serta seperangkat mata dan antena. Stolon ini kemudian melakukan perjalanan mencari stolon lawan jenis, melepaskan gametnya, dan menyelesaikan tugasnya. Sementara itu, induk cacing tetap hidup, menumbuhkan kembali stolon baru, dan melanjutkan siklus reproduksi unik ini.
Ilmuwan biologi evolusi percaya bahwa kemampuan reproduksi ini berevolusi sebagai strategi untuk menghindari risiko menemukan pasangan, sementara stolon menjalankan tugasnya di tempat lain. Selain itu, hal ini memungkinkan gen cacing menyebar lebih luas, bergantung pada jarak yang ditempuh stolon untuk mencapai pasangan yang cocok.
Penelitian ini menyoroti bagaimana proses perkembangan normal dapat dimodifikasi untuk mendukung gaya reproduksi unik cacing ini.
“Ini menunjukkan bagaimana proses perkembangan normal dimodifikasi agar sesuai dengan sejarah hidup hewan dengan gaya reproduksi yang unik,” kata Profesor Miura