NEWS

Tidak benar bahwa nyamuk ber-Wolbachia bawa virus LGBT

Tidak benar bahwa nyamuk ber-Wolbachia bawa virus LGBT

Nyamuk berwolbachia dapat mengurangi kebutuhan penyemprotan atau fogging hingga 83 persenJakarta (ANTARA) – Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Imran Pambudi menegaskan informasi mengenai nyamuk ber-Wolbachia dapat membawa virus lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) tidak benar atau hoaks.

“Ada disinformasi bahwa nyamuk akan masuk ke dalam tubuh manusia dan menyebabkan LGBT. Jika benar demikian tentu nyamuk yang mengandung Wolbachia harus masuk ke dalam tubuh manusia, padahal menurut referensi hal itu tidak mungkin terjadi, karena Wolbachia hanya hidup di dalam tubuh serangga, kalau keluar selnya bisa mati,” ujarnya dalam pembicaraan akhir tahun dengan Kementerian Kesehatan di Jakarta, Selasa.Baca juga: Kemenkes pastikan nyamuk ber-Wolbachia tidak menyerang lebih ganas

Imran mengatakan, teknologi Wolbachia merupakan pelengkap program pengendalian DBD yang sudah ada, seperti pemberantasan sarang nyamuk dengan 3M plus, gerakan jumantik satu rumah satu, atau kelompok kerja operasional (pokjanal) khusus demam berdarah.

Fokus penyebaran nyamuk ber-Wolbachia terfokus di enam kota, yakni Jakarta Barat, Bandung, Semarang, Bontang, Kupang, dan Denpasar.

Imran menambahkan, nyamuk pembawa Wolbachia dapat mengurangi kebutuhan penyemprotan atau fogging hingga 83 persen.

“Tahun 2023 ada daerah yang menganggarkan 125 kali penyemprotan, namun hingga November baru digunakan sembilan kali, sehingga alokasi anggarannya bisa digunakan untuk yang lain,” ujarnya.

Ia menegaskan, telah dilakukan penelitian terhadap masyarakat sekitar yang pernah tertular nyamuk ber-Wolbachia.

“Di Sleman dan Bantul Yogyakarta, kami mengambil sampel darahnya, karena jika ada virus yang masuk ke dalam tubuh, otomatis tubuh akan membentuk antibodi. Dari sekian banyak sampel darah yang kami ambil dari warga, tidak ada satu pun yang ditemukan memiliki antibodi terhadap Wolbachia di dalamnya. .tubuhnya,” kata Andono.

Andono mengatakan penerapan nyamuk ber-Wolbachia lebih tepat dilakukan di kota-kota padat penduduk, karena nyamuk juga memiliki batasan terbang.

Ia juga menjelaskan, berdasarkan hasil penelitian yang terlihat di jurnal kedokteran Inggris, efektivitas penerapan nyamuk Wolbachia di masyarakat dapat menurunkan angka kejadian kasus demam berdarah dengue (DBD) sebesar 77 persen, sekaligus mengurangi kapasitas rawat inap di rumah sakit akibat penyakit tersebut. demam berdarah sebesar 86 persen. persen.

Reporter: Lintang Budiyanti Prameswari
Redaktur: Sambas
Hak Cipta © ANTARA 2023

Exit mobile version