NEWS

Strategi Bermakna Dakwah Nabi di Mekkah yang Wajib Diketahui Umat Islam

Strategi Bermakna Dakwah Nabi di Mekkah yang Wajib Diketahui Umat Islam


Nabi Muhammad SAW mengumpulkan orang-orang dari Bani Al-Muthalib dan Bani Abdi Manaf, jumlah yang hadir dalam pertemuan tersebut sekitar 45 orang. Ia bermaksud menyampaikan dakwah Islam pada pertemuan tersebut, namun belum sempat ia berbicara, Abu Lahab menyela terlebih dahulu dan berkata,

“Yang hadir di sini adalah paman-pamanmu dan anak-anaknya, jadi bicaralah jika kamu ingin bicara dan tidak perlu bersikap kekanak-kanakan. Ketahuilah bahwa tidak ada orang Arab yang berani cemberut pada bangsamu. Dengan begitu aku berhak menghukummu. Biarkan saja Jika kamu tetap bertahan dalam urusan keluarga ayahmu, niscaya akan lebih mudah bagi seluruh suku Quraisy untuk menerkammu dan seluruh bangsa Arab ikut campur dalam urusanmu. Sebab sesungguhnya kamu belum pernah melihat seorang pun di antara mereka yang mempunyai pernah melakukan hal seperti yang kamu lakukan sekarang,”

Mendengar perkataan Abu Lahah, Nabi Muhammad SAW hanya terdiam dan tidak mengucapkan sepatah kata pun. Pada kesempatan lain, Nabi Muhammad SAW mengundang mereka untuk kedua kalinya. Saat itulah dia menjadi lebih stabil dan berkata,

“Segala puji bagi Allah SWT dan aku memuji-Nya, memohon pertolongan, bertawakal dan bertawakal kepada-Nya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah SWT saja yang tidak mempunyai sekutu bagi-Nya. Sesungguhnya seorang pemberi petunjuk tidak akan berbohong kepada-Nya. Demi Allah SWT yang tidak ada Tuhan selain Dia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah bagi kamu khususnya dan umat manusia pada umumnya. Demi Allah sesungguhnya kamu akan mati seperti tertidur lelap dan akan dibangunkan kembali sebagaimana jika kamu sudah bangun. Sungguh kamu akan disiksa (menghitung perbuatanmu) atas apa pun yang kamu lakukan. Maka akan ada surga yang kekal dan neraka yang kekal.”

Mendengar sabda Nabi, Abu Thalib berkata,

“Kami tidak suka membantumu, menjadi penasehatmu dan membenarkan perkataanmu. Orang-orang yang merupakan keluarga ayahmu sudah menyetujuinya. Aku hanya sedikit dari mereka. Namun, akulah orang pertama yang mendukung apa yang kamu suka. Jadi teruskan saja dengan apa yang telah diperintahkan kepadamu. Demi Allah, aku akan selalu menjaga dan melindungimu, namun aku tidak punya pilihan lain untuk meninggalkan agama Bani Abdul Muthalib.”

Kemudian Abu Lahab berkata, “Demi Allah, ini berita buruk. Ambil tindakan terhadapnya sebelum orang lain melakukannya.” Abu Thalib berkata lagi, “Demi Allah, kami akan terus melindunginya selama kami masih hidup.”

Setelah Abu Thalib mengeluarkan pernyataan sekaligus jaminan untuk selalu menjaga keselamatannya, Nabi Muhammad SAW semakin berani menjalankan dakwahnya secara terbuka. Selain itu, secara langsung maupun tidak langsung pernyataan Abu Thalib tersebut merupakan dukungan terhadap kegiatan dakwah yang dilakukan Nabi Muhammad SAW.

Tak lama setelah pertemuan tersebut, perlahan tapi pasti semakin banyak warga Mekkah yang memeluk Islam. Perkembangan ini mendorong Nabi Muhammad SAW untuk menampilkan aktivitas dakwahnya secara formal dan terbuka. Oleh karena itu, pada suatu kesempatan beliau mengajak seluruh penduduk Mekkah ke Gunung Shafa untuk mendengarkan khotbahnya.

Dalam khutbahnya Rasulullah menyampaikan inti ajaran agama Islam yang dibawanya dan menegaskan bahwa dirinya adalah utusan Allah SWT. Oleh karena itu beliau mengajak mereka kepada agama tauhid (meneguhkan Allah) dan mengimani risalahnya dan juga hari akhir atau hari kiamat.

Karena dakwah yang disampaikan Nabi Muhammad SAW benar-benar baru dan berkaitan dengan persoalan agama, yang dalam kacamata sosiologi dan antropologi merupakan persoalan yang sangat sulit diubah karena berkaitan dengan keyakinan, maka muncullah berbagai reaksi dari kalangan Quraisy Mekkah.

Sebagian kecil dari mereka langsung percaya dan meyakini Islam, dan sebagian besar lainnya menolaknya, terutama para tokoh dan pejabat Quraisy yang sudah merasa mapan dengan keyakinan lamanya.

Reaksi keras datang dari pejabat Quraisy, Abu Lahab. Setelah mendengar khotbahnya, Abu Lahab menjadi marah dan berkata, “Celakalah kamu wahai Muhammad selama-lamanya, untuk apa kamu mengumpulkan kami semua di sini?”

Setelah perkataan tersebut keluar dari mulut Abu Lahab, Allah SWT berfirman yang artinya:

“Dua tangan Abu Lahab akan binasa dan ia benar-benar binasa! Hartanya dan apa yang telah ia usahakan tidak ada gunanya baginya. Suatu saat ia akan masuk api (neraka) yang berkobar-kobar. pembawa kayu bakar (pemfitnah) “Pada lehernya ada tali sabut yang dipilin.” (Al-Lahab: 1-5).

Gertakan dan ejekan Abu Lahab saat menyampaikan dakwahnya di Gunung Shafa tidak menyurutkan semangat dakwah Nabi Muhammad SAW, apalagi niatnya untuk menghentikan kegiatan dakwahnya. Sebaliknya dengan diturunkannya surat Al-Lahab di atas, beliau semakin gigih, semangat dan agresif dalam dakwahnya. Seruannya terus bergema di seluruh pelosok kota Mekkah hingga turunnya ayat yang artinya:

“Maka sampaikan (Muhammad) secara terbuka segala sesuatu yang diperintahkan (kepadamu) dan jauhi orang-orang musyrik.” (Al-Hijr 94).

Ayat di atas semakin menguatkan kedudukan Nabi sebagai utusan Allah SWT agar dapat menyampaikan risalahnya secara tegas dan terbuka, serta menentang tindakan orang-orang kafir di Mekkah.

Exit mobile version