Investor mengantisipasi data yang lebih lemah dari PMI manufaktur atau Indeks Manajer Pembelian AS malam ini
Jakarta (ANTARA) – Analis pasar mata uang Lukman Leong menyatakan rupiah dan mata uang Asia secara umum menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah penurunan tajam imbal hasil obligasi AS.Imbal hasil obligasi 10 tahun bergerak menjadi sekitar 4,86 persen pagi ini dari sekitar 4,99 persen.
“Investor mengantisipasi melemahnya data PMI (Purchasing Managers’ Index) manufaktur AS malam ini. PMI manufaktur AS diperkirakan masih terkontraksi menjadi 49,5 dari bulan lalu 49,8,” kata Lukman saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Selasa.
Pada hari Kamis (26/10), investor fokus pada data Produk Domestik Bruto (PDB) AS kuartal ketiga tahun 20230 yang diperkirakan tumbuh kuat sebesar 4,3 persen serta pidato yang disampaikan oleh Gubernur Bank Sentral AS Jerome Powell.
Memasuki Jumat (27/10), data inflasi Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) AS diperkirakan meningkat 0,3 persen secara bulanan (MoM) dan 3,7 persen secara tahunan (YoY).
Baca juga: Jokowi Sebut Depresiasi Rupiah Tak Pengaruhi Sektor Riil dan Keuangan
Baca juga: Pengamat: Rupiah berpotensi melemah karena pasar masih memantau Timur Tengah
Menurut pengamat pasar uang Ariston Tjendra, penundaan serangan darat Israel ke Gaza, Palestina, mengurangi kekhawatiran pasar sehingga berdampak pada penguatan rupiah.
“Namun sentimen tampaknya masih negatif untuk aset-aset berisiko pagi ini. Pasar masih memperhatikan perkembangan di Timur Tengah. Beberapa indeks saham Asia masih bergerak negatif seperti Nikkei, Hangseng, Kospi,” kata Ariston.
Pada penutupan perdagangan hari ini, rupiah menguat 85 poin atau 0,53 persen menjadi Rp15.848 per dolar AS dari penutupan sebelumnya Rp15.934 per dolar AS.
Nilai tukar Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Selasa juga menguat menjadi Rp15.869 dari sebelumnya Rp15.943 per dolar AS.
Baca juga: Rupiah Selasa pagi dibuka menguat ke Rp 15.878 per dolar AS
Baca juga: Menkeu: Pelemahan rupiah belum berdampak signifikan terhadap subsidi energi
Wartawan : M Baqir Idrus Alatas
Redaktur: Agus Salim
HAK CIPTA © ANTARA 2023