Data inflasi AS yang kuat pada pekan lalu membuat para pedagang mewaspadai sentimen hawkish dari The FedJakarta (ANTARA) – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup melemah pada awal pekan di tengah kekhawatiran pasar terhadap sentimen hawkish (bertentangan dengan ekspektasi pasar) dari bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed terkait kebijakan suku bunga acuannya atau The Fed. Suku Bunga Dana (FFR).
Pada akhir perdagangan Senin, nilai tukar rupiah melemah 92 poin atau 0,59 persen menjadi Rp. 15.691 per dolar AS dari sebelumnya Rp. 15.599 per dolar AS.
“Data inflasi AS yang kuat pada minggu lalu membuat para pedagang mewaspadai sentimen hawkish dari The Fed,” kata Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi kepada ANTARA di Jakarta, Senin.
Ibrahim mengatakan meski The Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunganya tidak berubah, sinyal apa pun mengenai rencana penurunan suku bunga pada tahun 2024 akan diawasi dengan ketat.
Namun bank sentral juga mungkin akan mengambil tindakan yang lebih hawkish dibandingkan perkiraan pasar, terutama karena data terbaru menunjukkan inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan pada bulan Februari.
Di sisi lain, terdapat spekulasi mengenai berakhirnya kebijakan suku bunga negatif dan pengendalian kurva imbal hasil Bank of Japan (BOJ). Bank sentral Jepang memulai pertemuan dua hari pada hari Senin, dengan keputusan yang telah lama ditunggu-tunggu akan dirilis pada hari Selasa.
Namun, para analis masih belum sepakat mengenai apakah bank sentral akan menaikkan suku bunga pada bulan Maret atau April, dengan konsensus umum sedikit condong ke arah kenaikan suku bunga pada bulan April.Bank of Japan diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 20 basis poin menjadi 0,1 persen dari negatif 0,1 persen.
Nilai tukar Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Senin turun menjadi Rp. 15.672 per dolar AS dari Rp. 15.624 per dolar AS sebelumnya.
Wartawan: Martha Herlinawati Simanjuntak
Redaktur: Faisal Yunianto
Hak Cipta © ANTARA 2024