Qadariyah mengingkari takdir. Qadariyah meyakini tidak ada takdir, semua yang ada adalah sesuatu yang baru (terjadi seketika), di luar takdir dan ilmu Allah. Allah baru mengetahuinya setelah peristiwa itu terjadi.
Namun ideologi Qadariyah yang murni dapat dikatakan telah punah, namun turunannya masih dapat ditemukan hingga saat ini, yaitu mereka masih meyakini bahwa perbuatan makhluk adalah kemampuan dan ciptaan dari makhluk itu sendiri, meskipun kini mereka menetapkan bahwa Allah SWT. sudah mengetahui semua tindakan pelayan itu sebelum terjadi.
Imam Al-Qurthubi berkata, “Ideologi ini telah hilang, dan kita tidak mengetahui satu pun muta’akhirin (orang-orang saat ini) yang memahaminya. Adapun Al-Qadariyyah saat ini semuanya sepakat bahwa Allah mengetahui segala perbuatan hamba sebelum terjadi, namun mereka berbeda pendapat dengan As-Salafush Shalih (yakni) dengan menyatakan bahwa perbuatan hamba tersebut adalah hasil kemampuan dan kreasi hamba itu sendiri.
Qadariyah generasi pertama menolak ciri-ciri yang ditetapkan Allah dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Penyangkalan ini menyangkut keyakinan bahwa Allah dapat dilihat pada hari kiamat dengan penglihatan manusia. Mereka juga meyakini bahwa Al-Quran adalah makhluk.
Penyangkalan lain mengenai pengenalan ilmu Tuhan sebelum segala sesuatu yang baru belum terjadi. Sedangkan kelompok Qadariyah yang kedua meyakini bahwa Allah bukanlah pencipta perbuatan manusia. Golongan ini telah mengukuhkan ilmu pengetahuan, namun menolak taraf penciptaan manusia.