Saat pasien tiba di ruang gawat darurat, ia merasakan nyeri hebat, bengkak di kedua sisi leher, dan hampir tidak bisa menggerakkan kepala. Ia mengaku mengalami demam saat mengemudi, dan saat hendak bersin, ia hanya menahannya dengan mencubit hidung dan menutup mulutnya hingga mengakibatkan tenggorokannya robek.
Dokter yang sedang memeriksa pasien saat itu mendengar suara berderak samar yang keluar dari tenggorokannya, menandakan adanya masalah. Untungnya, kondisi ini tidak memengaruhi pernapasan, menelan, atau berbicara. Setelah diagnosis, pasien pulang dengan resep obat pereda nyeri dan obat demam, dengan instruksi untuk menghindari aktivitas berat selama dua minggu. Lima minggu kemudian, pemeriksaan menunjukkan bahwa robekan tenggorokannya telah sembuh.
Dr Rasads Misirovs dalam wawancara dengan BBC, menekankan pentingnya menutup wajah dengan lembut menggunakan tangan atau bagian dalam siku untuk mencegah penyebaran virus, air liur, atau lendir.