Pendaki asal Indonesia yakni Iwan Irawan dan Nurhuda berhasil menaklukkan puncak Eiger, Swiss, selama 16 hari pendakian dalam ekspedisi Alpine Trilogy.Iwan Irawan (Kwecheng) melalui sambungan telepon, Minggu, mengungkapkan, tim ekspedisi Alpine Trilogy yang digagas Komite Ekspedisi Wanadri Indonesia (KEWI) dan didukung brand lokal EIGER, sebenarnya beranggotakan empat orang selain dirinya dan Nurhuda. , yaitu Muhammad Wahyudi dan Muhammad Miftakhudin.
Muhammad Wahyudi dan Muhammad Miftakhudin terpaksa menghentikan pendakian di tengah jalur karena alasan medis. Muhammad Miftakhudin mengalami cedera lutut bengkak dan tumit tergores.
Akhirnya pada hari Rabu 6 September 2023 pukul 13.50 waktu Swiss, Merah Putih berhasil terbang melintasi puncak Gunung Eiger 3.967 meter di atas permukaan laut, salah satu gunung tersulit dan berbahaya di dunia, kata Iwan Kwecheng.
Baca juga: 5.000 Orang Masuk Daftar Dilarang Mendaki Gunung Rinjani Lombok
Baca juga: Tim Epen Bale Pecahkan Rekor Pendakian Gunung Rinjani dalam Empat Jam PP
Iwan Kwecheng yang merupakan pendaki senior dari Persatuan Pendaki Hutan dan Gunung (Wanadri) mengatakan, selama ekspedisi berlangsung, suhu ekstrim di penghujung musim panas menyambut tim pendakian di kota Chamonix yang merupakan pintu gerbang menuju Swiss. Alps yang sudah berada di sana sejak 21 Agustus 2023 lalu.
Sejak tiba di Swiss, ekspedisi ini telah menjalankan misi mendaki tiga puncak gunung di Pegunungan Alpen, yakni Eiger 3.967 meter di atas permukaan laut, Matterhorn 4.487 meter di atas permukaan laut, dan Mont Blanc 4.807 meter di atas permukaan laut.
Iwan Kwecheng yang juga mewakili Tim EIGER Adventure Service mengatakan, dibutuhkan waktu berhari-hari untuk menyesuaikan tubuh dan mengumpulkan semua informasi dan data teknis yang diperlukan.
“Ketiga puncak gunung yang dibidik memerlukan kemampuan teknis tinggi dan pengalaman pendakian,” ujarnya.
Berbagai kendala berubah selama upaya pendakian, mulai dari gelombang panas ekstrem yang melanda Swiss hingga cuaca yang berubah menjadi badai salju.
Akibat cuaca panas ekstrem yang melanda Eropa, pendakian ke Mont Blanc terpaksa ditunda karena jalur pendakian ditutup.
“Kami tiba-tiba mendapat informasi bahwa Mont Blanc ditutup karena gletser atau bongkahan es besar yang dilaluinya semakin retak dan menganga akibat gelombang panas sehingga tidak aman untuk pendakian,” kata Iwan.
Akhirnya keempat pendaki memutuskan untuk melanjutkan ekspedisi menuju puncak kedua yakni Matterhorn di ketinggian 4.487 meter di atas permukaan laut dengan mengambil titik start dari Desa Zermatt.
Namun saat berada di Desa Zermatt yang merupakan desa terdekat dengan Matterhorn, cuaca kembali tidak berjalan sesuai rencana, dengan turunnya badai salju.
“Dari Zermatt datang badai salju besar dan menghalangi kami di tengah jalur, tepatnya di Solvayhuette. Terlalu berbahaya untuk melanjutkan perjalanan ke puncak Matterhorn. Akhirnya kami kembali ke Zermatt,” kata Iwan.
Penaklukan Eiger
Setelah tiga hari pemulihan fisik dan mental, empat pendaki Indonesia kembali melanjutkan misi ketiga yakni Gunung Eiger di ketinggian 3.967 meter di atas permukaan laut.
Menurut Iwan, Gunung Eiger secara teknis merupakan salah satu pendakian tersulit di dunia.
“Kami mencoba jalur pertama menuju puncak Eiger lewat Heckmair, namun pijakan di es tembok Eiger sepanjang jalur Heckmair terus runtuh akibat cuaca panas. Akhirnya kami ganti rute lewat West Flank. Kondisi tempat salju turun Pencairan es akibat suhu panas juga terjadi di jalur Sisi Barat, namun “Jalur tersebut tidak seberbahaya jalur Heckmair,” kata Iwan.
Bebatuan tajam diinjak dan dipegang erat, tangan dan kaki menggenggam es dan memanjat secara vertikal, mendaki lereng Eiger dengan teknik, serta standar keselamatan yang tinggi. Empat pendaki Indonesia menggunakan peralatan teknis yang membutuhkan jam terbang tinggi pada pendakian berbahaya.
Hingga akhirnya dua orang pendaki yaitu Iwan “Kwecheng” Irawan dan Nurhuda berhasil mencapai puncak Gunung Eiger.
“Pada hari Rabu tanggal 6 September 2023 pukul 13.50 waktu Swiss, Merah Putih berhasil terbang melintasi puncak Gunung Eiger 3.967 meter di atas permukaan laut, salah satu gunung tersulit dan berbahaya di dunia. Terima kasih atas dukungan dan doa dari teman-teman semuanya, termasuk pendukung Wanadri dan Eiger,” kata Iwan.
Setelah mencapai puncak Eiger, suatu malam dihabiskan untuk memulihkan diri dan mendirikan bivak gantung di lereng berbatu Eiger. Setelah anggota tim yang cedera perlahan pulih, keempat pendaki asal Indonesia tersebut berhasil turun ke kaki pegunungan Alpen pada Kamis (7/9) pukul 14.00.
“Ekspedisi belum selesai, masih ada beberapa upaya lagi untuk menyelesaikan misi Alpine Trilogy. Kami mohon doa dan dukungannya agar keempat pendaki asal Indonesia di Pegunungan Alpen selalu diberikan perlindungan, keselamatan dan kesehatan hingga kembali ke Indonesia,” kata Iwan.*
Baca juga: Demi Green Tourism, Pelajar Jakarta Daki 35 Gunung di Indonesia
Baca juga: Sampah Lebih dari Satu Ton Diangkut dari Jalur Pendakian Gunung Gede-Pangrango