NEWS

Pakar: Dunia maya telah menjadi medan perang modern

Pakar: Ruang siber telah menjadi medan perang modern

Semarang (ANTARA) – Pakar keamanan siber Dr Pratama Persadha mengatakan dunia maya telah menjadi medan pertempuran modern yang menunjukkan kompleksitas dan keunikan tersendiri.Dalam rangka Hari Kriptografi Indonesia, Kamis malam, Pratama Persadha menyatakan ancaman siber berkembang pesat dan seringkali tidak terlihat, termasuk serangan siber, pencurian data, propaganda online, bahkan perangkat lunak berbahaya yang bertujuan merusak infrastruktur penting.

“Dalam menghadapi tantangan tersebut, coding Indonesia dihadapkan pada tugas yang tidak mudah,” kata Pratama yang juga Ketua Lembaga Penelitian Keamanan Siber CISSReC saat dikonfirmasi ANTARA di Semarang.

Dosen Pascasarjana Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN) ini menyatakan, dunia maya telah menjadi arena yang dinamis dan tidak dapat diprediksi dengan berbagai ancaman yang terus berkembang.

Baca juga: BSSN menggalakkan kampanye SIAP #PreserveCyberSpace

Mulai dari serangan siber yang bertujuan merusak infrastruktur penting hingga pencurian data dan penyebaran disinformasi, menurutnya menunjukkan bahwa tantangan di dunia siber semakin kompleks dan meresahkan.

Pratama menjelaskan, dunia maya merupakan domain virtual yang mencakup jaringan komputer, sistem informasi, perangkat lunak, dan data yang terhubung secara global.

Di ruang siber ini, kata dia, terdapat berbagai tantangan yang harus dihadapi, baik oleh individu, organisasi, maupun negara, seperti serangan siber, pencurian identitas, penyebaran disinformasi, dan hoaks.

Selain itu, kata dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK) PTIK ini, cybercrime dan kejahatan online, perang informasi dan kebijakan, kerentanan infrastruktur kritis, serta perlindungan privasi dan data.

Ia mengatakan, banyak institusi pemerintah dan swasta yang menjadi korban pencurian data, antara lain 74 gigabyte data Bank Indonesia, 17 juta data pelanggan PLN, dan 40.000 data rekening Ditjen Pajak.

Tercatat juga 2,3 juta data DPT 2014, 6.000.000 data pasien rumah sakit, 1,3 juta data eHAC, 38 megabyte data pengaduan KPAI, 1,3 miliar data registrasi sim card, 272 juta data BPJS kesehatan, 19 juta data BPJS Ketenagakerjaan, dan 34 juta data paspor. .

Berikutnya, 337 juta data Disdukcapil, 1,64 terabyte data yang dicuri dari website Kementerian Pertahanan, 204.800.000 data DPT KPU, dan yang terbaru pencurian 380.000 data pelanggan Biznet dan 154.000 pelanggan Biznet Gio yang diduga dilakukan oleh oknum internal perusahaan itu sendiri. .

“Setiap tanggal 4 April bangsa ini memperingati Hari Kriptografi Indonesia, sebuah kesempatan untuk merayakan pentingnya peran lembaga pengkodean dalam menjaga keamanan nasional,” kata Ketua Lembaga Penelitian Keamanan Siber CISSReC Pratama Persadha.

Baca juga: Revisi UU ITE mewajibkan PSE memberikan perlindungan terhadap anak
Baca juga: BSSN Soroti Pentingnya Peningkatan Literasi Keamanan Digital

Reporter: D.Dj. Kliwantoro
Redaktur: Tasrief Tarmizi
Hak Cipta © ANTARA 2024

Exit mobile version