Solo (ANTARA) – Terletak jauh dari Ibu Kota Jakarta dan bukan bagian dari kota besar yang berpenduduk hingga jutaan jiwa, Kota Solo memiliki dinamika tersendiri dalam perjalanan politik di Indonesia, bahkan jauh sebelum Indonesia merdeka. .Oleh karena itu, meski dihuni sekitar 520.000 jiwa dengan jumlah pemilih pada pemilu 2024 sebanyak 439.000 jiwa, kota budaya ini menjadi bagian dari episentrum politik Tanah Air.
Bahkan bagi partai politik, calon legislatif, bahkan calon presiden/wakil presiden. Mampu memenangkan perebutan suara di Kota Solo memiliki makna simbolis tersendiri bagi siapa pun di Pilpres 2024.
Oleh karena itu, meski perolehan suara terbilang sedikit, Solo atau Surakarta menjadi tempat bergengsi memperebutkan suara duet Anis Rasyid Baswedan/Muhaimin Iskandar (urutan 1), Prabowo Subianto/Gibran Rakabuming Raka (urutan 2), serta sebagai pasangan Ganjar Pranowo/Mahfud Md (nomor urut 3).
Tak heran jika ketiga calon presiden dan wakil presiden tersebut mengaku memiliki banyak pendukung di kota tersebut. Tentu saja hasil pemungutan suara pada 14 Februari 2024 akan menjadi alat pembuktian klaim tersebut.
Pakar psikologi politik Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Mohammad Abdul Hakim menilai Solo memang memiliki pemilih partai politik yang militan. Kondisi ini terus berlanjut sejak era reformasi, setidaknya hingga pemilu presiden tahun 2019.
Oleh karena itu, penting bagi setiap pasangan untuk mendulang suara sebanyak-banyaknya untuk membuktikan memiliki daya elektoral di Solo yang dijuluki “kota yang tak pernah tidur”.
Bukan tidak mungkin dinamika politik belakangan ini akan meningkatkan tensi politik, sebuah kondisi yang sejatinya lumrah dalam setiap kompetisi, termasuk setiap pemilu. Dimanapun.
Sebagai langkah antisipatif, tokoh masyarakat perlu turut ambil bagian dalam mengelola situasi agar tetap dinamis namun tidak semakin eskalasi.
Di sisi lain terdapat modal sosial dari budaya masyarakat kota ini. Meski Solo berpenampilan metropolitan, namun sebagian besar penduduknya masih mengusung tradisi Jawa dan tetap menghormati masyarakat yang diwakilinya.
Yang menyegarkan, selama ini angka-angka yang berjalan pada Pilpres 2024 menunjukkan pandangan bahwa pemilu bukanlah arena zero sum game atau permainan yang hanya menyisakan pemenang dan pecundang. Kemenangan dalam pemilu bukan hanya milik satu partai saja, melainkan pemilihan pemimpin melalui mekanisme demokrasi. Oleh karena itu, ada optimisme kondisi Solo akan aman dan pemilu berlangsung damai.
Untuk mencapai kondisi tersebut, perlu adanya pemahaman dan kesadaran di kalangan masyarakat bahwa hasil akhir dari persaingan politik bukanlah kemenangan salah satu pihak dan kekalahan telak bagi pihak lain, melainkan hanya perbedaan siapa yang menduduki posisi pemenang.
Dengan menyadari siapa yang menang maka Indonesia akan semakin sejahtera, pemilu akan diuntungkan oleh masyarakat sehingga tidak terjadi gesekan. Kondisi ini berbeda pada tahun 1998.
Partisipasi pemilih
Pemilu tidak bisa dipisahkan dari partisipasi masyarakat. Padahal, pesta demokrasi 5 tahunan ini sangat ditunggu-tunggu oleh masyarakat yang memiliki kepedulian tinggi terhadap masa depan bangsa Indonesia.
Nasib dan masa depan bangsa bergantung pada kerja para pemimpinnya, yang kebijakannya dirancang untuk meningkatkan kesejahteraan sekitar 280 juta orang di negeri ini.
Saat ini ada sebagian masyarakat yang masih berpikir untuk memilih calon presiden/cawapres dengan mempelajari visi dan misi masing-masing, namun ada pula yang sejak awal fanatik terhadap partai politik tertentu sehingga mengikuti calon mana yang didukung. partai pilihan mereka.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Solo sejak lama telah melakukan program edukasi dan sosialisasi secara masif dan intens, terutama bagi mereka yang merupakan pemilih baru.
Untuk Pemilu 2024, KPU Solo menargetkan partisipasi pemilih mencapai 82 persen. Angka tersebut meningkat dibandingkan realisasi partisipasi pemilih pada pemilu 2019 sebesar 80 persen.
Namun angka tersebut justru menurun dibandingkan tahun 2014 yang tingkat partisipasi masyarakat dalam menggunakan hak pilihnya pada pemilu mencapai 81,23 persen.
Perwakilan Bidang Sosialisasi, Edukasi Pemilih, Partisipasi Masyarakat, dan Sumber Daya Manusia KPU Surakarta Yuly Yulianingrum mengatakan, sosialisasi tidak hanya terfokus pada pemilih muda dan pemilih baru, namun juga calon pemilih.
KPU setempat sebelumnya juga mengunjungi sejumlah sekolah dasar untuk memberikan pendidikan politik sejak dini. Tidak hanya bertujuan untuk membekali calon pemilih di masa depan, namun diharapkan dapat menjadi “jembatan” untuk menyalurkan informasi yang mereka peroleh kepada kalangan terdekat, salah satunya adalah orang tua siswa.
Secara umum, pendidikan juga menyasar pelajar, penyandang disabilitas, dan masyarakat.
KPU Kota Surakarta bersama KPU RI juga menyelenggarakan acara KPU Goes To Campus untuk memberikan edukasi kepada pemilih muda dan pemilih baru.
Fokus pada pemantauan
Tinggal menghitung hari, pemungutan suara akan segera tiba. Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Surakarta semakin memantau berbagai tahapan kampanye. Bagi Bawaslu, pengawasan di setiap tahapan merupakan langkah untuk mencegah eskalasi kondisi politik.
“Ini bagian dari upaya meminimalisir gesekan,” kata Ketua Bawaslu Kota Surakarta Budi Wahyono.
Bawaslu tidak bekerja sendiri. Dalam pengawasan ini, Bawaslu juga melibatkan berbagai pihak. Bahkan, setiap ada kampanye, terlebih dahulu ada pertemuan antara Bawaslu, polisi, dan tim penyelenggara.
Harapannya, dalam pelaksanaan kampanye tidak melanggar peraturan. Bawaslu juga intens mengajak peserta pemilu dan partai politik untuk melakukan kampanye sesuai dengan ketentuan, apa yang boleh dan apa yang tidak boleh.
Bawaslu mencatat, sejauh ini belum ada pelanggaran berat di Kota Solo, selain itu dugaan pelanggaran juga tidak terlalu banyak.
Yang paling menonjol adalah pelanggaran pemasangan alat peraga kampanye yang tidak sesuai ketentuan.
Meski begitu, edukasi tetap dilakukan, termasuk tidak melibatkan anak kecil saat kampanye. Anak-anak yang kedapatan menggunakan atribut kampanye harus segera dibebaskan.
Semakin mendekati hari pencoblosan, semakin masif pula berbagai kegiatan kampanye yang dilakukan tim pendukung masing-masing pasangan calon presiden dan wakil presiden di kota Solo. Padahal, sejauh ini kondisi Kota Solo masih kondusif.
Terlepas siapa pemenangnya, Solo patut berbangga karena salah satu putra daerahnya mampu memimpin Indonesia selama hampir 10 tahun terakhir.
Warga Solo kini kembali berpeluang memilih calon presiden/cawapres pada 14 Februari 2024. Siapa pun yang terpilih, itulah pilihan terbaik rakyat Indonesia.
Kewajiban setiap warga negara untuk turut serta menjaga negara ini aman dan damai dengan sikap lega menerima pasangan yang akan memimpin Indonesia 5 tahun ke depan.
Redaktur: Achmad Zaenal M
Hak Cipta © ANTARA 2024