Gastritis bisa terjadi karena produksi asam lambung berlebih, infeksi bakteri H. pylori, atau konsumsi obat pereda nyeri nonsteroid. Gejala utamanya berupa nyeri perut sebelah kiri, yang mungkin mereda setelah makan, serta mual dan rasa penuh di perut. Mengobati maag dapat melibatkan perubahan gaya hidup, seperti menghindari makanan pedas dan berlemak, serta mengonsumsi makanan ramah lambung. Penggunaan antasida atau obat penurun asam juga dapat membantu meringankan gejala. Penting untuk menghindari pemicu yang dapat memperburuk kondisi, seperti alkohol dan merokok.
4. Angina
Angina adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh kurangnya aliran darah ke otot jantung. Gejala utamanya berupa nyeri di perut kiri atas, sensasi tertekan di dada, rasa tidak nyaman di leher dan rahang, serta nyeri dada yang menusuk. Pengobatan angina meliputi perubahan gaya hidup, seperti mengatur pola makan dan berolahraga secara teratur. Penggunaan obat-obatan seperti nitrogliserin dapat membantu meredakan nyeri dada. Dalam kasus yang lebih serius, intervensi medis, seperti pemasangan stent atau operasi bypass jantung, mungkin diperlukan.
5. Sindrom Iritasi Usus Besar (IBS)
IBS merupakan gangguan pencernaan dengan gejala utama sakit perut, kembung, dan peningkatan frekuensi buang angin. Kondisi ini juga bisa menyebabkan gangguan buang air besar, seperti sembelit atau diare. Mengobati IBS melibatkan perubahan pola makan, seperti mengonsumsi makanan tinggi serat, dan mengelola stres. Terapi psikologis, seperti terapi perilaku kognitif (CBT), juga dapat membantu mengurangi gejala. Obat-obatan, seperti antispasmodik atau probiotik, mungkin diresepkan oleh dokter sesuai dengan kebutuhan spesifik pasien. Konsultasikan dengan ahli kesehatan untuk mendapatkan pengobatan yang tepat sesuai kondisi masing-masing.
6. Penyakit Ginjal
Selain masalah pencernaan, sakit perut kanan atau kiri bisa disebabkan oleh batu ginjal. Gejala umum gangguan ginjal antara lain sakit perut, demam, mual, dan nyeri di selangkangan. Batu ginjal dapat menyebabkan kesulitan buang air kecil, sedangkan infeksi ginjal dapat menyebabkan peningkatan frekuensi buang air kecil. Perawatan masalah ginjal dapat melibatkan pengendalian asupan cairan, perubahan pola makan, dan terkadang memerlukan intervensi medis, seperti pengobatan antibiotik atau prosedur penghancuran batu ginjal.