NEWS

LSM: Diperlukan komitmen seluruh pihak di perusahaan untuk menerapkan kesetaraan

LSM: Diperlukan komitmen semua pihak di perusahaan terapkan kesetaraan

Mendidik pekerja laki-laki memanfaatkan cuti orang tua dengan baikJakarta (ANTARA) – Direktur Eksekutif Koalisi Bisnis Indonesia untuk Pemberdayaan Perempuan (IBCWE) Wita Krisanti mengatakan, komitmen dari pimpinan puncak hingga tingkat bawah sebuah perusahaan diperlukan untuk menerapkan kesetaraan di tempat kerja. .“Perlu komitmen dari top manajemen ke bawah. Jadi jangan hanya bagian HR (Human Resources) yang disuruh melakukan kegiatan A, B, C, tapi tidak ada komitmen dari atas,” kata Wita Krisanti dalam diskusi tersebut. acara “Perawatan Eksperimen Sosial Kerja” di Jakarta, Kamis.

Menurut Wita Krisanti, banyak bentuk dukungan yang bisa diberikan perusahaan kepada pekerjanya, misalnya cuti orang tua bagi perempuan dan laki-laki.

Cuti tiga atau empat bulan bagi pekerja perempuan, sedangkan bagi laki-laki, banyak perusahaan yang mulai menerapkan cuti lebih dari batas minimum, kata Wita Krisanti.

Baca juga: Menteri PPPA serukan terciptanya dunia yang setara antara laki-laki dan perempuan

Baca juga: Kementerian Ketenagakerjaan menyambut baik adanya pedoman kesetaraan di tempat kerja

Di sisi lain, perusahaan juga didorong untuk memberikan edukasi kepada pekerja laki-laki agar dapat memanfaatkan cuti orang tua dengan baik untuk menghidupi istri yang baru saja melahirkan dan membangun ikatan emosional dengan anak.

“Pahami apa yang harus dilakukan pekerja laki-laki saat mengambil cuti orang tua, jangan dihabiskan untuk bermain game atau jalan-jalan,” ujarnya.

Kemudian perusahaan juga dapat memberikan pengaturan kerja yang fleksibel bagi pekerja perempuan dan laki-laki.

“Ketika laki-laki mengambil pengaturan kerja yang fleksibel, meminta izin datang terlambat, mengambil cuti setengah hari karena harus mengantar istrinya yang sedang hamil ke dokter, menjemput anak, atau menghadiri konser anak, itu juga merupakan upaya yang perlu dilakukan. diapresiasi,” kata Wita Krisanti.

Meski demikian, pihaknya tidak menampik masih adanya suara perbedaan pendapat terhadap pekerja yang mengambil pengaturan kerja fleksibel.

“Sering ada lelucon yang sebenarnya tidak lucu, seperti istri, kamu dari mana saja?,” ujarnya.

Maka pemberian fasilitas pengaturan kerja yang fleksibel juga perlu dibarengi dengan perubahan budaya kerja di perusahaan.

Baca juga: IBCWE mendorong penilaian kesetaraan gender di tempat kerja

Baca juga: Kesetaraan Gender di Tempat Kerja, Apakah Positifnya Bagi Bisnis?

Reporter: Anita Permata Dewi
Editor: Zita Meirina
Hak Cipta © ANTARA 2024

Exit mobile version