Pengikat bibir atau lip attachment diartikan sebagai adanya jaringan pengikat atau dikenal dengan frenulum atau frenulum yang menghubungkan gusi bagian atas dengan bibir atas. Frenulum ini merupakan bagian normal yang dapat ditemukan di mulut setiap individu. Klasifikasi lip tie bisa berbeda-beda, tergantung derajat perlekatan yang terjadi.
Frenulum dapat dipasang dari atas rahang atas (rahang atas) hingga ke bawah, memanjang hingga ke langit-langit. Meskipun variasi anatomi tersebut masih dapat dianggap normal, evaluasi utama harus fokus pada fungsi dan apakah kondisi tersebut mempengaruhi kemampuan bayi untuk menyusui.
Hingga saat ini, belum ada bukti yang meyakinkan mengenai pengaruh lip tie terhadap kemampuan bayi dalam menyusu. Pengikat bibir yang kaku mungkin akan menghambat pergerakan bibir atas saat bayi menyusu, namun perlekatan dan posisi lidah yang benar lebih berpengaruh terhadap kemampuan bayi dalam menyusu dan mengosongkan payudara.
Bibir mempunyai peran penting dalam menciptakan segel di sekitar puting, sehingga udara tidak masuk dan menyebabkan bayi mengalami kembung (aerophagia). Untuk membentuk segel ini, bibir atas harus berada pada posisi netral atau sedikit terpelintir, sedangkan bibir bawah harus terpelintir ke luar.
Penting untuk dicatat bahwa ketika bayi tampak menyusu dengan kedua bibir melengkung ke luar, hal ini mungkin merupakan kompensasi atas pelekatan yang buruk. Perlu diingat bahwa tidak semua bayi yang mengalami kesulitan menyusu mempunyai pengikat bibir, dan pemotongan frenulum pengikat bibir tidak selalu menjamin perbaikan keluhan menyusui.
Beberapa gejala yang mungkin muncul bersamaan antara lain frenulum yang terlihat tebal dan kurang elastis, bayi rewel saat menyusu, bunyi gemericik saat menyusui, penambahan berat badan yang kurang memadai, dan bayi kesulitan menjaga perlekatan yang baik pada payudara.