NEWS

KLHK: Kualitas udara Jabodetabek juga dipengaruhi oleh faktor meteorologi

KLHK: Mutu udara Jabodetabek juga dipengaruhi oleh faktor meteorologis

Jakarta (ANTARA) – Pejabat Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengatakan kualitas udara di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) juga sangat dipengaruhi oleh faktor meteorologi.Faktor meteorologi sangat berpengaruh, kata Direktur Jenderal Penegakan Hukum Rasio Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Ridho Sani dalam Focus Group Discussion Ombudsman RI yang dihadiri secara online di Jakarta, Kamis.

Faktor meteorologi seperti kecepatan dan arah angin, kelembaban udara, suhu udara dan tekanan udara sangat mempengaruhi kondisi atmosfer.

Sebagai gambaran, jika udara tenang dan polutan tidak dapat menyebar maka konsentrasi polutan akan menumpuk. Sebaliknya jika angin bertiup kencang dan bergejolak maka zat pencemar akan menyebar dengan cepat sehingga konsentrasi pencemar menjadi lebih rendah.

Selain itu, hujan dapat membersihkan partikel dari atmosfer dan melarutkan gas-gas polutan.

Ratio mengatakan bahwa polusi udara bisa menjadi lebih buruk pada musim kemarau, ketika hujan tidak turun untuk “membersihkan” polutan tersebut.

Ini penelitian di negara mana pun. Faktor meteorologi berpengaruh padahal kita juga punya banyak sumber pencemaran, ujarnya.

Ia mengatakan, salah satu sumber pencemaran udara di Jabodetabek adalah emisi gas dari penggunaan sarana transportasi.

Menurut dia, ada 17,3 juta sepeda motor; 4,2 juta mobil penumpang; 856 ribu truk; 344 ribu bus; serta 4.045 bus TransJakarta yang beroperasi di wilayah DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat.

“Bayangkan banyaknya kendaraan bermotor di lahan yang sempit sehingga menyebabkan daya dukung kita menurun,” ujarnya.

Penyebab lain pencemaran udara antara lain pengoperasian pembangkit listrik, aktivitas pabrik dan industri, serta pembakaran terbuka.

Rasio tersebut menyebutkan terdapat lebih dari 10 pabrik semen, 120 industri pembuatan barang kimia, 170 industri pembuatan karet dan plastik, 1.300 industri manufaktur lainnya, serta 13 PLTU pengguna batubara di DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat.

Dikatakannya, kondisi tersebut mendorong pemerintah untuk meningkatkan upaya penanggulangan pencemaran udara, antara lain dengan memperkuat daya dukung lingkungan hidup melalui perluasan ruang terbuka hijau.

“Jadi perlu langkah-langkah yang tepat apakah kita meningkatkan daya dukung atau menurunkan emisi,” ujarnya.

Pemerintah juga berupaya mengurangi emisi gas rumah kaca di sektor transportasi dan industri serta pengoperasian pembangkit listrik.

Baca juga:
11 gedung swasta di Jakarta pasang “kabut air”
Tiket uji emisi dinilai tidak signifikan dalam mengurangi polusi udara

Wartawan: Astrid Faidlatul Habibah
Redaktur: Maryati
HAK CIPTA © ANTARA 2023

Exit mobile version