NEWS

Kemenkes: Bandung butuh 5,4 juta telur nyamuk ber-Wolbachia per pekan

Kemenkes: Bandung butuh 5,4 juta telur nyamuk ber-Wolbachia per pekan

Hasil penelitian tersebut mampu menurunkan angka kejadian (IR) demam berdarah sebesar 77 persen dan menurunkan risiko rawat inap sebesar 86 persen. Jakarta (ANTARA) – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyiapkan kebutuhan telur nyamuk Aedes aegypti yang mengandung Wolbachia untuk uji coba pengendalian demam berdarah di Kota Bandung, Jawa Barat, lebih dari 5,4 juta per minggu.Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI Maxi Rein Rondonuwu saat dikonfirmasi di Jakarta, Rabu, kebutuhan telur nyamuk ber-Wolbachia akan dikirim dari insektarium Universitas Gajah Mada atau Pusat Vektor Penyakit dan Penelitian dan Pengembangan Waduk (B2P2VRP) Salatiga.

Pada tahun 2024 pada minggu ke 10 tercatat 27.852 kasus DBD dan dilaporkan 250 kematian. Kota Bandung merupakan kota dengan kasus DBD tertinggi di Indonesia mencapai 1.301 kasus dan kematian cukup tinggi yaitu tujuh kematian, ujarnya.

Dalam rapat koordinasi pilot project teknologi Wolbachia dengan Pemerintah Kota Bandung, Senin (18/3), disebutkan kebutuhan telur nyamuk infus Wolbachia berdasarkan lahan Kota Bandung seluas 129 kilometer persegi diperkirakan sebesar 5.410.000 telur per minggu.

Baca juga: Kemenkes: Penambahan titik Wolbachia di Jabar, tunggu hasil Ujungberung

Baca juga: Kemenkes: Pengembangan Nyamuk Wolbachia Dilaksanakan di Enam Kota

Agar penyebaran nyamuk ber-Wolbachia efektif, kata Maxi, diperlukan 20.782 titik ember yang menjadi sarang perkembangbiakan telurnya.

Kementerian Kesehatan akan menggunakan citra satelit untuk menempatkan ember di lokasi yang tepat dengan merekrut masyarakat setempat sebagai orang tua asuh untuk melakukan uji coba nyamuk Wolbachia.

Sesuai pedoman yang diterbitkan Peneliti Pusat Pengobatan Tropis UGM, cara pelepasan nyamuk ber-Wolbachia dilakukan dengan menggunakan ember berisi air bersih yang berisi 250 hingga 300 butir telur nyamuk dengan tingkat penetasan telur sekitar 90 persen. Setiap ember ditempatkan pada jarak 75 meter persegi.

Jumlah ember berisi telur nyamuk minimal harus mencapai 10 persen populasi Aedes aegypti di wilayah tersebut dan pendistribusiannya dilakukan sebanyak 12 kali. Satu persebarannya diasumsikan hanya 1 persen dari populasi nyamuk.

Universitas Gajah Mada, Yayasan Tahija dan Universitas Monesh telah bekerja sama melakukan inovasi program pengendalian demam berdarah menggunakan teknologi nyamuk Wolbachia selama kurang lebih 10 tahun.

Wolbachia merupakan bakteri alami, simbion yang umum ditemukan pada hewan arthropoda, dengan mekanisme penghambatan replikasi virus dengue yang diperankan oleh Wolbachia.

Hasil penelitian tersebut mampu menurunkan angka kejadian (IR) demam berdarah sebesar 77 persen dan menurunkan risiko rawat inap sebesar 86 persen.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, Kementerian Kesehatan melakukan adopsi teknologi Wolbachia dengan menerbitkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1341 Tahun 2022 tentang Penyelenggaraan Pilot Project Teknologi Wolbachia di lima kota yaitu Semarang, Bontang, Jakarta Barat, Kupang, dan Kota Bandung.*

Baca juga: Kemenkes: Edukasi PSN dan Sosialisasi Wolbachia Jadi Tantangan Atasi DBD

Baca juga: Kementerian Kesehatan bertujuan menurunkan kasus DBD melalui penyebaran nyamuk ber-Wolbachia

Wartawan : Andi Firdaus
Redaktur : Erafzon Saptiyulda AS
Hak Cipta © ANTARA 2024

Exit mobile version