Pasca pemilu 1955, terdapat beberapa keputusan yang menunjukkan keberhasilan proses tersebut. Keberhasilan penyelenggaraan pemilu tahun 1955 ditindaklanjuti dengan berbagai keputusan yang menunjukkan kematangan dan keberlanjutan sistem demokrasi di Indonesia saat itu. Keputusan-keputusan yang dihasilkan setelah pemilu tahun 1955 antara lain sebagai berikut:
1. Pemilihan presiden dan wakil presiden Republik Indonesia
Setelah suksesnya penyelenggaraan Pemilu 1955, proses pemilihan presiden dan wakil presiden Republik Indonesia diawali dengan pembentukan Majelis Konstituante untuk menetapkan UUD 1945. Selanjutnya Mahkamah Konstitusi RI menyelenggarakan pemilihan presiden dan wakil presiden dengan menggunakan sistem pemilihan melalui Majelis Konstituante. Pemilihan ini melibatkan anggota Majelis Konstituante untuk memilih presiden dan wakil presiden baru.
Hasil pemilu kali ini menunjukkan bahwa Ir. Soekarno terpilih sebagai presiden dan Mohammad Hatta terpilih sebagai wakil presiden. Kedua pemimpin ini kemudian membentuk Pemerintahan Republik Indonesia Serikat (PRIS) yang bertujuan untuk memperkuat sistem kesatuan pemerintahan Indonesia.
Terpilihnya presiden dan wakil presiden setelah pemilu tahun 1955 membawa dampak besar bagi pemerintahan Indonesia selanjutnya. Terpilihnya Sukarno dan Hatta sebagai presiden dan wakil presiden menandai dimulainya masa pemerintahan yang kuat dan stabil di Indonesia, meskipun disusul dengan peristiwa politik yang menimbulkan perpecahan dan konflik di antara para pemimpin politik Indonesia.
2. Pembentukan konstitusi baru pengganti UUD 1945
Setelah suksesnya penyelenggaraan pemilu tahun 1955, langkah selanjutnya yang dilakukan adalah membentuk konstitusi baru pengganti UUD 1945. Proses pembentukan konstitusi baru melibatkan majelis konstituante yang terdiri atas anggota parlemen dan anggota majelis konstituante. Majelis Konstituante mempunyai peranan penting dalam merumuskan dan menyusun konstitusi baru untuk menjadi landasan negara baru.
Namun dalam proses pembentukan konstitusi baru juga dihadapkan pada beberapa persoalan kompleks, seperti perbedaan pendapat antara kelompok politik, adat, dan agama, serta tantangan dalam mencapai kesepakatan bersama mengenai berbagai hal, mulai dari sistem pemerintahan, sumber daya manusia, dan sebagainya. hak. manusia, agama negara, dan hak politik.
Proses penyusunan konstitusi baru yang transparan, inklusif dan demokratis berhasil menghasilkan konstitusi yang menjadi dasar negara Indonesia hingga saat ini. Keberhasilan pembentukan konstitusi baru ini merupakan tonggak sejarah yang menandai arah demokrasi Indonesia pasca pemilu 1955.
3. Pengalihan kekuasaan pemerintahan dari perdana menteri kepada presiden
Setelah suksesnya penyelenggaraan pemilu tahun 1955, kekuasaan pemerintahan dialihkan dari perdana menteri kepada presiden. Proses ini terjadi melalui langkah-langkah yang diatur dalam konstitusi.
Awalnya, peran parlemen sangat penting dalam proses peralihan kekuasaan ini. Parlemen mempunyai peran dalam memilih presiden dan juga memutuskan kebijakan yang akan diambil oleh pemerintah. Selain itu, majelis konstituante juga berperan penting dalam proses ini, karena mereka mempunyai kewenangan untuk melakukan amandemen konstitusi yang kemudian dapat mempengaruhi struktur kekuasaan pemerintah.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam proses peralihan kekuasaan antara lain pemilihan presiden oleh parlemen, pembentukan majelis konstituante untuk merumuskan amandemen konstitusi, dan kemudian dilanjutkan dengan ratifikasi amandemen tersebut oleh parlemen.
Dengan suksesnya penyelenggaraan Pemilu 1955, maka proses peralihan kekuasaan dapat terlaksana dengan lancar dan sesuai dengan mekanisme yang diatur dalam konstitusi. Dengan demikian, hal ini menunjukkan keberhasilan dalam penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis dan konstitusional.
4. Pembentukan parlemen baru yang dilanjutkan dengan pembentukan majelis konstituante
Setelah suksesnya penyelenggaraan pemilu tahun 1955, langkah pertama yang diambil adalah pembentukan parlemen atau majelis konstituante baru. Kabinet Burhanuddin Harahap yang baru dibentuk kemudian membentuk anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk membentuk parlemen. DPR dipilih sebagai wakil rakyat yang menjalankan fungsi legislasi yaitu membuat dan mengesahkan undang-undang.
Setelah terbentuknya parlemen, langkah selanjutnya adalah pembentukan Majelis Konstituante. Dewan Konstituante bertugas membuat UUD (UUD) yang akan menjadi dasar hukum negara. Proses ini merupakan langkah penting dalam pembentukan konstitusi negara yang merupakan cerminan perjuangan bangsa Indonesia dalam upaya mencapai kemerdekaan.
Ditinjau dari segi sejarah, pemilu tahun 1955 dianggap sukses besar bagi bangsa Indonesia karena mampu menyelenggarakan pemilu pertama setelah kemerdekaan. Dengan terbentuknya parlemen baru yang diikuti dengan terbentuknya dewan konstituante, hal ini menunjukkan keberhasilan pengembangan demokrasi di Indonesia dan kemandirian dalam penyelenggaraan negara.
5. Penyerahan amanah Kabinet Burhanuddin Harapan kepada presiden
Pada tanggal 14 Maret 1956, Kabinet Burhanuddin Harahap jatuh setelah menghadapi permasalahan internal yang mengakibatkan perselisihan antar partai koalisi. Salah satu permasalahan utama yang menyebabkan jatuhnya kabinet adalah tuntutan otonomi daerah yang diajukan oleh beberapa daerah di Indonesia. Selain itu, usulan pembentukan Dewan Nasional juga menjadi sumber perselisihan antar partai koalisi yang pada akhirnya berdampak pada stabilitas kabinet.
Di tengah situasi politik yang kisruh, gerakan mahasiswa juga memperjuangkan reformasi politik yang semakin mengguncang kelangsungan Kabinet Burhanuddin Harahap. Terakhir, pada 14 Maret 1956, Burhanuddin Harahap menyerahkan mandat kabinetnya kepada presiden sebagai tanda kegagalan menjaga stabilitas pemerintahan.
Penyerahan amanah Kabinet Burhanuddin Harahap kepada presiden tidak hanya menandai jatuhnya kabinet, namun juga menunjukkan kegagalan upaya mengatasi perselisihan internal dan tuntutan otonomi daerah, serta memenuhi tuntutan reformasi politik yang diusung oleh Kabinet Burhanuddin Harahap. pergerakan mahasiswa saat itu. Hal ini pun menjadi episode penting dalam sejarah politik Indonesia saat itu.