NEWS

KBRI: WNI yang berada di Haiti dalam kondisi aman

Jakarta (ANTARA) – KBRI Havana dan Haiti menyatakan tujuh WNI yang bekerja sebagai terapis spa di Port-au-Prince, Haiti, selamat dan tempat mereka bekerja jauh dari wilayah konflik.Berdasarkan keterangan tertulis KBRI Havana yang diterima di Jakarta, Selasa, Duta Besar RI di Havana Nana Yuliana menyatakan, geng kriminal bersenjata saat ini menguasai 80 persen ibu kota Port-au-Prince.

Kondisi di Haiti semakin memanas sejak awal Februari 2024 akibat janji Perdana Menteri Haiti Ariel Henry untuk menyelenggarakan pemilu, namun ternyata tidak terlaksana karena situasi keamanan yang tidak kondusif.

KBRI Havana mengimbau WNI untuk waspada dan tetap berada di rumah karena kondisi politik dan keamanan di ibu kota Haiti tersebut.

Nana Yuliana juga menyampaikan agar WNI menghindari daerah konflik dan menghubungi hotline KBRI jika terjadi sesuatu yang membahayakan.

KBRI Havana berencana melakukan evakuasi melalui jalur darat menuju negara tetangga, Republik Dominika, melalui kawasan perbatasan antara Haiti dan Republik Dominika. KBRI juga berencana mendorong WNI untuk meninggalkan Haiti dan mencari pekerjaan di negara Karibia lain yang lebih aman.

KBRI Havana menyatakan, berdasarkan pantauan media, situasi sangat mencekam dan terjadi pembunuhan acak serta tindakan kekerasan terhadap orang-orang yang diduga anggota geng rival.

Selain itu juga terjadi penjarahan rumah dan toko warga, serta penculikan warga dan pembakaran rumah warga serta kendaraan warga dan polisi.

Geng kriminal juga melepaskan tembakan ke Bandara Port-au-Prince, yang mengakibatkan penutupan bandara, kantor pemerintah, sekolah dan toko di ibu kota Haiti.

Di beberapa titik masyarakat, warga melakukan pengamanan mandiri dengan mengangkat senjata, menutup jalan, dan membakar ban bekas untuk mencegah masuknya geng.

Geng terkuat di Haiti, Barbecue, bertekad menahan Kapolri dan menteri kabinet PM Ariel Henry serta akan mencegah Ariel kembali ke Haiti.

Pada tanggal 29 Februari, Ariel Henry mengunjungi Kenya untuk membahas kerja sama keamanan dan pasukan yang akan dikirim untuk menegakkan kondisi keamanan di Haiti di bawah pasukan keamanan multinasional PBB.

Hingga berita ini diturunkan, Ariel Henry masih belum diketahui keberadaannya dan Haiti telah menerapkan keadaan darurat selama 72 jam sejak Senin (4/3).

Baca juga: Haiti nyatakan status darurat setelah geng bersenjata menyerang penjara
Baca juga: PBB: Lebih dari 1.100 orang tewas atau terluka dalam kekerasan geng di Haiti
Baca juga: AS Perintahkan Pegawai Pemerintah dan Keluarganya Tinggalkan Haiti

Reporter: Cindy Frishanti Octavia
Redaktur: Atman Ahdiat
Hak Cipta © ANTARA 2024

Exit mobile version