NEWS

Kasad sebut pilot Susi Air yang disandera OPM kondisinya sehat

Kasad sebut pilot Susi Air yang disandera OPM kondisinya sehat

Jakarta (ANTARA) – Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal TNI Maruli Simanjuntak mengatakan pilot Susi Air Philip Mark Merhtens yang disandera kelompok OPM Egianus Kogoya saat ini dalam keadaan sehat.Maruli mengatakan, operasi pembebasan pilot Selandia Baru itu dikoordinasikan oleh Mabes TNI bekerja sama dengan Polri.

Informasi terakhir, pilot dalam keadaan sehat, kata Maruli saat ditemui wartawan usai menghadiri perayaan Natal bersama TNI Angkatan Darat di Jakarta, Senin.

Baca juga: Pangdam: Tidak Ada Pengerahan Pasukan untuk Bebaskan Sandera

Dalam kesempatan yang sama, Kasad memastikan operasi pembebasan pilot Susi Air terus berlanjut. TNI bekerja sama dengan banyak pihak, termasuk tokoh adat, tokoh agama, dan pemerintah daerah untuk bernegosiasi dengan para penyandera untuk membebaskan Philip.

“Kalau saya ikuti perkembangan dari Mabes TNI, kami terus melakukan upaya perundingan. Itu yang saya dengar,” kata Maruli.

Kepala Staf TNI AD menambahkan, sejauh ini komunikasi dengan OPM masih belum stabil. Dari yang saya lihat selama ini, orang ini tidak stabil. Kadang dia bilang A, besok dia bilang B lagi di sana, kata Maruli saat menjawab pertanyaan terkait rencana pelepasan pilot Susi Air.

Baca juga: Kapolda Papua: Kondisi pilot yang disandera KKB bagus

Organisasi Papua Merdeka Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB-OPM) berencana membebaskan pilot Susi Air Philip Mark Merhtens pada 7 Februari 2024 atau tepat setahun sejak ia disandera.

Juru Bicara TPNPB-OPM Sebby Sambom mengatakan, alasan pembebasan tersebut karena mereka yakin tidak ada alasan untuk menahan Philip demi kemanusiaan.

“Tidak ada alasan pilot ditahan sampai kiamat,” kata Sebby.

Baca juga: KSP: Pemda ujung tombak pembebasan pilot Susi Air Philips Marthen

Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto dalam beberapa kesempatan menegaskan, operasi pembebasan pilot Susi Air menggunakan pendekatan lunak (pendekatan lembut) dan keras (pendekatan yang sulit).

Agus menjelaskan, pendekatan lunak ini mengutamakan pengembangan wilayah dan kerja sama dengan lembaga sipil di Papua. Sementara pendekatan keras dengan menggunakan senjata, menurut Agus, menjadi pilihan terakhir TNI dalam operasi pembebasan OPM.

“Kami akan menghindari terjadinya tembakan, sekecil apapun pelurunya,” kata Agus Subiyanto saat beraktivitas di Jayapura, Papua, pada 8 Desember 2023.

Baca juga: Panglima TNI Tegaskan Pembebasan Sandera Tetap “Soft Approach”
Baca juga: Wakil Presiden upayakan negosiasi untuk membebaskan pilot Selandia Baru

Reporter: Genta Tenri Mawangi
Redaksi : Didik Kusbiantoro
Hak Cipta © ANTARA 2024

Exit mobile version