NEWS

Jenazah tiga pengungsi Rohingya ditemukan di laut

Sebuah kapal kayu yang diyakini membawa sekitar 150 orang Rohingya terbalik di laut pekan lalu, membuat pihak berwenang dan nelayan di Aceh Barat melakukan pencarian terhadap para penyintas.

Jenazah tiga pengungsi Rohingya yang perahunya terbalik di lepas pantai Aceh Barat telah ditemukan pada akhir pekan lalu, sementara puluhan lainnya masih dinyatakan hilang.

Sebuah kapal kayu yang diyakini membawa sekitar 150 orang Rohingya terbalik di laut pekan lalu, membuat pihak berwenang setempat dan nelayan di Aceh Barat melakukan pencarian terhadap para penyintas.

Mayat dua perempuan ditemukan pada Sabtu pagi dan mayat seorang anak laki-laki ditemukan pada malam hari di lepas pantai Kabupaten Aceh Jaya, menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Jaya, Fajri, pada hari Minggu, kompas.id melaporkan.

Jenazah-jenazah tersebut dibawa ke rumah sakit di Aceh Jaya untuk diidentifikasi.

Nelayan setempat dilaporkan melihat lebih banyak mayat di laut. Para korban selamat mengatakan kepada pihak berwenang bahwa sejumlah pengungsi lainnya hilang di laut.

Lebih dari 70 pengungsi Rohingya “diperkirakan tewas atau hilang”, yang jika dikonfirmasi akan menjadikan insiden ini sebagai “tragedi maritim terbesar di perairan Asia tahun ini”, menurut juru bicara Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR), Babar Baloch, melalui media sosial X pada hari Jumat.

Tujuh puluh lima orang lainnya telah diselamatkan pada hari Minggu malam dan berlindung di bekas gedung Palang Merah Indonesia (PMI) di Kecamatan Johan Pahlawan, Aceh Barat.

FILE PHOTO: A boat carrying Rohingya refugees, including women and children, is seen stranded in waters off the coast of Bireuen, Aceh province, Indonesia, December 27, 2021, in this still image taken from a video. Video recorded on December 27, 2021. Aditya Setiawan via REUTERS/File Photo

Kepala Operasi Tim SAR Aceh Jaya Mirza Safrinadi mengatakan pada hari Sabtu bahwa para petugas akan terus melakukan pencarian di perairan lepas pantai Calang, Kabupaten Aceh Jaya, untuk mencari orang-orang yang masih hilang, demikian laporan Antara.

Kelompok etnis Rohingya yang sebagian besar beragama Islam telah menghadapi penganiayaan di Myanmar yang mayoritas penduduknya beragama Budha dan mengalami kekerasan militer yang sistematis sejak tahun 2017, yang memaksa mereka mengungsi ke Bangladesh atau negara tetangga lainnya.

Indonesia telah menyaksikan gelombang kedatangan pengungsi Rohingya yang belum pernah terjadi sebelumnya, dengan lebih dari 2.300 orang tiba tahun lalu, menurut data UNHCR, yang merupakan rekor tahunan. Hal ini didorong oleh memburuknya kondisi di kamp-kamp di Bangladesh dan ancaman kekerasan yang terus berlanjut di negara asal Rohingya, Myanmar.

Meskipun Indonesia belum menandatangani konvensi pengungsi PBB tahun 1951 dan oleh karena itu tidak memiliki kewajiban hukum internasional untuk menampung pengungsi, Indonesia telah menerima pengungsi untuk sementara waktu untuk dimukimkan di negara ketiga.

Namun, penolakan terhadap kedatangan Rohingya telah meningkat sejak akhir tahun lalu. Pada bulan Desember 2023, mahasiswa Aceh memprotes kehadiran Rohingya di Banda Aceh dan menyerbu tempat penampungan pengungsi untuk memaksa mereka keluar.

Pada bulan yang sama, Angkatan Laut Indonesia mengusir sebuah kapal yang membawa Rohingya di lepas pantai Sumatra.

Andreas Harsono dari Human Rights Watch mendesak Indonesia untuk membantu para pengungsi Rohingya kapanpun mereka ditemukan di perairan Indonesia dan mengatakan bahwa “tidak boleh ada penolakan”.

“Upaya penyelamatan adalah keputusan yang tepat dari pihak berwenang, meskipun akan lebih baik jika kapal tersebut tidak terbalik sejak awal,” kata Andreas kepada The Jakarta Post pada hari Minggu.

Sementara itu, aktivis Wahyu Susilo dari Migrant Care mengatakan bahwa insiden tersebut menunjukkan kebutuhan mendesak untuk membantu orang-orang Rohingya.

Exit mobile version