Gaza (ANTARA) – Sekitar 30 tahanan Palestina yang dibebaskan Israel tiba di Tepi Barat pada Minggu (26/11), menyusul pembebasan 17 sandera oleh Hamas dalam gelombang kedua pertukaran tahanan-sandera berdasarkan kesepakatan gencatan senjata.Pada Sabtu (25/11) malam, Israel menerima sandera gelombang kedua yang dibebaskan dari Jalur Gaza, termasuk 13 warga Israel dan empat warga Thailand, yang telah menyeberang ke Mesir dan saat ini sedang dalam perjalanan ke Israel, menurut konfirmasi dari pihak Israel. Pasukan Pertahanan ( Israel Defense Forces/IDF) dalam postingan di akun media sosial X.
“Setelah menjalani pemeriksaan kesehatan awal, mereka akan terus ditemani oleh tentara IDF saat mereka melakukan perjalanan ke rumah sakit di Israel, di mana mereka akan bertemu kembali dengan keluarga mereka,” kata IDF.
Dalam pernyataan terbarunya pada Minggu, Perdana Menteri Thailand Srettha Thavisin mengatakan keempat warga negara Thailand tersebut dalam keadaan sehat.
“Mereka semua selamat, secara keseluruhan dalam kondisi kesehatan mental yang baik dan dapat berbicara dengan normal,” kata perdana menteri melalui media sosial X.
Sebagai bagian dari perjanjian pertukaran tahanan-sandera dengan Hamas, Israel membebaskan 39 warga Palestina, termasuk enam wanita dan 33 anak di bawah umur, dari dua penjara, kantor berita Palestina WAFA melaporkan pada hari Minggu.
Penukaran dijadwalkan pada hari Sabtu sekitar pukul 16.00 waktu setempat (21.00 WIB). Implementasinya sempat tertunda beberapa jam setelah Hamas menuduh Israel gagal memenuhi ketentuan perjanjian gencatan senjata kemanusiaan selama empat hari, yang disepakati kedua belah pihak pada Rabu (22/11) setelah lebih dari enam minggu konflik berdarah.
Sebuah sumber Palestina mengatakan kepada Xinhua bahwa Hamas berharap dapat mengirimkan bantuan kemanusiaan dalam jumlah besar ke Kota Gaza dan seluruh wilayah lain di utara Jalur Gaza, dibandingkan mengirim pasokan ke bagian selatan Jalur Gaza saja.
Hamas juga meminta agar tahanan Palestina yang dibebaskan Israel termasuk mereka yang berasal dari Jalur Gaza, kata sumber itu.
Taher al-Nono, penasihat pemimpin Hamas Ismail Haniyeh, mengatakan Israel telah melanggar perjanjian, khususnya terkait masuknya truk bantuan kemanusiaan.
Sementara itu, seorang pejabat Israel mengancam bahwa jika kelompok sandera Israel yang kedua tidak dibebaskan oleh Hamas sebelum tengah malam, tentara Israel akan “memulai kembali operasi darat” di Jalur Gaza, media Israel melaporkan tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
“Hambatan” tersebut kemudian diselesaikan melalui “kontak Qatar-Mesir dengan kedua belah pihak,” menurut pengumuman juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar Majed Al Ansari pada Sabtu malam.
Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengumumkan pada Minggu pagi bahwa mereka telah menerima daftar sandera baru yang dijadwalkan akan dibebaskan hari itu dalam gelombang ketiga dari empat gelombang yang dijadwalkan.
Di bawah mediasi Qatar dan Mesir, Hamas dan Israel pada hari Rabu menyetujui gencatan senjata kemanusiaan selama empat hari untuk menerapkan penghentian sementara pertempuran antara kedua belah pihak.
Setelah perjanjian gencatan senjata mulai berlaku pada Jumat (24/11), Hamas membebaskan 24 sandera, termasuk 13 warga Israel, 10 warga Thailand, dan satu warga Filipina, sementara Israel membebaskan 39 tahanan Palestina.
Pembebasan warga negara non-Israel bukan bagian dari perjanjian gencatan senjata.
Wartawan: Xinhua
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
HAK CIPTA © ANTARA 2023