NEWS

Indonesia mengatakan bahwa cadangan nikel cukup untuk ekspansi, meskipun ada seruan moratorium

Cadangan nikel Indonesia cukup untuk memperluas operasi pengolahan, seorang pejabat Kementerian Investasi mengatakan pada hari Rabu, di tengah-tengah seruan dari kelompok penambang untuk membatasi pembangunan smelter baru untuk mengurangi kelebihan pasokan global.

Indonesia melarang ekspor bijih nikel pada tahun 2020 untuk mendorong nilai tambah dalam negeri, menghasilkan investasi besar-besaran untuk memproduksi nickel pig iron (NPI) dan bahan untuk baterai kendaraan listrik.

Cadangan nikel berkadar tinggi akan bertahan hingga tahun 2035, dengan pasokan nikel berkadar rendah yang cukup hingga setidaknya tahun 2069, ujar Mohamad Faizal, direktur kementerian untuk investasi strategis hilir, dalam sebuah konferensi di Jakarta.

Bijih nikel berkadar 1,7 persen yang dimiliki Indonesia digunakan terutama untuk memproduksi NPI, bahan baku untuk baja tahan karat, sedangkan baterai mobil listrik menggunakan nikel berkadar lebih rendah.

“Hal ini menunjukkan potensi untuk ekspansi lebih lanjut baik untuk baja tahan karat maupun pabrik asam pelindian bertekanan tinggi,” kata Faizal kepada para peserta konferensi yang diselenggarakan oleh konsultan Mysteel.

Cadangan tersebut cukup untuk menempatkan Indonesia di antara lima produsen baterai EV dan dua produsen baja tahan karat teratas pada tahun 2040, katanya. Pabrik baterai mobil listrik pertama di negara Asia Tenggara ini akan selesai dibangun tahun ini.

Indonesia disalahkan atas penurunan harga nikel sebesar 45 persen tahun lalu, karena kelebihan pasokan, yang menekan produsen di Australia dan tempat lain.

Exit mobile version