Baterai lensa kontak pintar umumnya mengandalkan elektroda logam di dalam lensanya, yang bisa berbahaya jika terkena mata manusia secara langsung, seperti dijelaskan oleh Dr. Yun Jeonghun, salah satu penulis penelitian ini.
Di sisi lain, metode pengisian daya induksi, yang menggunakan kumparan logam di lensa untuk menyalurkan daya, serupa dengan teknologi pengisian daya nirkabel pada ponsel cerdas. Namun hal ini juga menimbulkan kendala dalam kenyamanan penggunaan.
Solusi yang diusulkan oleh tim peneliti adalah baterai terintegrasi yang sangat tipis, hanya sekitar 0,5 mm, yang menggabungkan air dan lapisan enzim yang dikenal sebagai glukosa oksidase.
Ketika baterai ini direndam dalam cairan air mata basal yang melapisi mata kita, enzim bereaksi dengan ion natrium dan klorida dalam cairan air mata, menciptakan muatan listrik di dalam baterai.