Kalau Ketua Umum Tanfdiziyah seperti saya, apalagi hanya Ketua PWNU (DIY) seperti Kang Zuhdi, kita hanya utusan pelaksana keputusan syuriyahYogyakarta (ANTARA) – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf menegaskan, dirinya sejalan dengan posisinya di organisasi itu sendiri hanya sekedar pesuruh atau pelaksana keputusan yang diambil berdasarkan syariah.“Kalau Ketua Umum Tanfdiziyah seperti saya, apalagi hanya Ketua PWNU (DIY) seperti Kang Zuhdi, kita hanya utusan yang menjalankan keputusan syuriyah,” kata Gus Yahya saat memberikan sambutan pada istigasah Harlah ke-101. NU di Pondok Pesantren. Sunan Pandanaran, Sleman, DI Yogyakarta, Minggu.
Baca juga: Wapres: Penonaktifan Fungsionaris PBNU Akibat Aturan Organisasi
Sebagai organisasi besar, kata Yahya, NU didirikan atas niat dan harapan akhirat sehingga harus dijalankan dengan berupaya melaksanakan tuntunan agama Tuhan.
Dia memastikan, tidak ada satu pun keputusan yang diambil NU tanpa mengandalkan pertimbangan agama dan syariah.
“Sejak didirikan hingga saat ini belum ada satupun keputusan Nahdlatul Ulama kecuali berdasarkan pertimbangan agama, pertimbangan syariah, pertimbangan mana yang benar, mana yang salah, mana yang baik menurut syariah,” kata Gus Yahya.
Gus Yahya mengatakan NU memiliki struktur kepengurusan yang disebut syuriyah yang terdiri dari kiai ahli syariah yang khusus bertugas mengambil keputusan berdasarkan syariah.
Kewenangan pimpinan NU, kata dia, pada dasarnya adalah kewenangan “Hukumah”, artinya NU sebagai jam’iyah menjalankan fungsi “imamah” (kepemimpinan) dengan kewenangan serupa dengan seorang Imam.
Baca juga: PBNU Sebut Erick Thohir Nonaktif Atas Permintaan Sendiri
“Yang dikatakan adalah ‘hukmul imam yarfa’ul khilaf’, apapun pendapat kita masing-masing, jika ada ketentuan keputusan dari organisasi, maka segala perbedaan harus tunduk pada keputusan organisasi itu,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Gus Yahya juga menyampaikan bahwa istigasah dalam rangka Harlah ke-101 NU merupakan tonggak perjuangan salah satu ormas Islam terbesar di Indonesia dalam mewujudkan kemaslahatan bagi alam semesta.
“Ini kita jadikan saja sebagai penanda HUT NU yang ke 101. Setelah ini kita akan terus mendoakan apapun yang kita bisa untuk kemaslahatan NU, kemaslahatan Islam, kemaslahatan negara bangsa NKRI. , demi kemaslahatan umat manusia secara keseluruhan,” ujarnya.
Menurut Yahya, 101 tahun perjuangan NU terasa lama sekali, namun sebenarnya tidak jadi soal karena perjuangan organisasi itu dimaksudkan untuk bertahan selamanya.
Karena niat dan ‘ghirah’ (spirit) para pendiri Nahdlatul Ulama, para pemimpin Nahdlatul Ulama adalah berjuang bersama Nahdlatul Ulama selamanya ‘ila yaumil qiyamah’ (sampai hari kiamat),” ujarnya.
Istigasah ini dipimpin oleh Katib Aam PBNU KH Akhmad Said Asrori dan ditutup dengan doa oleh Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar.
Usai istigasah, tumpeng dipotong oleh Rais ‘Aam PBNU KH Miftachul Akhyar yang diserahkan kepada Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf, Katib Aam PBNU KH Akhmad Said Asrori, dan Pengasuh Pondok Pesantren Sunan Pandanaran KH Mu’tashim Billah secara berurutan.
Baca juga: PBNU Nonaktifkan Erick Thohir sebagai Ketua Lakpesdam NU
Wartawan: Luqman Hakim
Redaktur: Sambas
Hak Cipta © ANTARA 2024