Guru Besar Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof.Dr.Ir. Dwi Andreas Santosa, MS., mengatakan pangan lokal merupakan jawaban Indonesia dalam membangun kedaulatan pangan.Jadi, kita tidak lagi bicara potensi (pangan lokal dalam kedaulatan dan ketahanan pangan). Itu (pangan lokal) sebenarnya jawaban bagaimana kita bisa berdaulat pangan, kata Andreas saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Senin. .
Meski begitu, lanjutnya, masyarakat di Tanah Air belum sepenuhnya mengonsumsi pangan lokal sebagai makanan pokok. Menurut dia, masyarakat cenderung mengonsumsi pangan lokal sebagai jajanan.
Andreas mengatakan, masyarakat Indonesia sebenarnya memanfaatkan gandum yang diperoleh dari impor sebagai makanan pokok.
“Pemanfaatan pangan lokal hanya sebatas jajanan, umbi singkong atau lain-lain yang dijadikan jajanan, bukan makanan pokok. Dulu di Papua, sagu menjadi makanan pokok, tapi sekarang sudah tidak ada lagi,” kata pemerhati pertanian itu.
Baca juga: DKPP Belitung angkat potensi pangan lokal pengganti beras
Baca juga: Pakar: Pangan Lokal Bisa Jadi Solusi Ketahanan Nasional
Oleh karena itu, menurut Andreas, ke depan perlu ada kemauan politik atau kemauan politik dari para pengambil kebijakan untuk mendorong penggunaan pangan lokal sebagai makanan pokok. Misalnya, pemerintah bisa membuat kebijakan optimalisasi anggaran seperti di Kementerian Pertanian untuk pengembangan produk pangan lokal.
Ia menegaskan, sudah saatnya pengembangan pangan lokal tidak hanya sebatas wacana atau kampanye dan aksi seremonial seperti menanam padi dan sorgum.
Sementara itu, peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Azizah Fauzi berpendapat bahwa untuk membangun kedaulatan dan ketahanan pangan di Indonesia, pemerintah perlu mendorong produktivitas pengolahan pangan lokal dengan mengutamakan penggunaan benih unggul dan teknologi pertanian.
Ia mencontohkan dengan memanfaatkan teknologi pertanian, pangan lokal Indonesia yakni singkong dapat diolah menjadi pangan bergizi tinggi seperti tepung singkong termodifikasi (mocaf).
Senada dengan hal tersebut, Azizah juga merekomendasikan agar pemerintah Indonesia membuka diri terhadap investasi dan membuat regulasi yang memudahkan investasi di sektor pertanian guna mempercepat adopsi teknologi pertanian di Indonesia.
Harapannya, adopsi teknologi menjadi salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas pertanian Indonesia, kata Azizah.
Baca juga: El Nino, Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Nasional
Baca juga: BKKBN mengajak keluarga memanfaatkan pangan lokal untuk meningkatkan gizi keluarga
Baca juga: Pakar Dorong Mahasiswa Gali Potensi Pangan Fungsional Lokal
Wartawan: Tri Meilani Ameliya
Editor: Natisha Andarningtyas
HAK CIPTA © ANTARA 2023