NEWS

Gencatan senjata sementara, warga Gaza dapat makanan dan bahan bakar

Gencatan senjata sementara, warga Gaza dapat makanan dan bahan bakar

Gaza (ANTARA) – Mohammed Zourob (45), pria Palestina yang tinggal di Rafah, akhirnya bisa mendapatkan gas LPG untuk keluarganya dan bahan bakar kendaraannya setelah menunggu lama seiring berlakunya gencatan senjata sementara antara Israel dan Hamas.Saya harus menunggu lebih dari 13 jam dalam antrean panjang untuk mengisi bahan bakar mobil saya dengan 20 liter, sementara saya harus menunggu sekitar delapan jam untuk mengisi tabung gas 12 kilogram saya, kata ayah tiga anak itu kepada Xinhua. .

Selama berminggu-minggu, ia terpaksa menggunakan gerobak keledai untuk bepergian dari satu tempat ke tempat lain, dan istrinya terpaksa memasak menggunakan kayu bakar karena kekurangan gas elpiji.

Samiha al-Batsh (46), seorang wanita Palestina yang tinggal di Jabalia, menerima tepung terigu, minyak goreng, beras dan bantuan kemanusiaan lainnya untuk pertama kalinya sejak konflik mematikan tersebut meletus pada 7 Oktober.

Wanita tersebut menceritakan, ia kehilangan puluhan anggota keluarganya akibat serangan Israel di kamp pengungsi Jabalia.

“Kami tidak memikirkan makanan. Kami hanya memikirkan bagaimana kami bisa lolos dari kematian,” katanya. Ia menambahkan, “Saya banyak berdoa agar ketegangan ini bisa segera hilang.”

Israel dan Hamas mencapai kesepakatan gencatan senjata kemanusiaan selama empat hari yang dimulai pada Jumat (24/11) di bawah mediasi Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat setelah lebih dari enam minggu konflik berdarah di Gaza.
Seorang pria pulang ke rumah setelah mengisi tabung gas di Kota Khan Younis, Gaza selatan pada 25 November 2023. (Xinhua/Yasser Qudih)

Berdasarkan perjanjian gencatan senjata, Hamas akan membebaskan beberapa sandera sebagai imbalan atas beberapa tahanan Palestina yang ditahan di Israel, sementara Israel akan mengizinkan lebih banyak truk bantuan yang membawa makanan, bahan bakar dan LPG ke daerah kantong yang dilanda perang tersebut.

Hingga Minggu (26/11), Hamas telah menyerahkan 58 sandera, termasuk warga negara Israel dan warga sipil dari berbagai negara, kepada Komite Palang Merah Internasional (ICRC), sedangkan Israel telah membebaskan 117 tahanan Palestina.

Sejak Jumat, lebih dari 500 truk yang membawa bantuan kemanusiaan, termasuk makanan, peralatan medis dan air, serta bahan bakar dan gas LPG, telah memasuki Gaza melalui penyeberangan Rafah, menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

“Kami memerlukan bantuan kemanusiaan seperti ini, namun kami juga memerlukan keamanan. Kami berharap masyarakat internasional dapat menekan Israel untuk menghentikan konflik melawan kami di Gaza,” kata Mohammed Afana, seorang warga Palestina yang tinggal di Beit Lahia, kepada Xinhua.

Afana kehilangan empat saudara laki-laki dan enam kerabat lainnya dalam serangan Israel. “Kami tidak terlibat dalam aktivitas militer apa pun, namun kami menanggung beban paling berat dari ketegangan ini,” katanya.

“Kami tidak ingin konflik yang ada saat ini terus berlanjut, dan kami ingin menata kembali kehidupan kami,” kata Afana.

Pemboman Israel selama berminggu-minggu di Gaza telah menyebabkan lebih dari 14.000 warga Palestina tewas, 40 persen di antaranya adalah anak-anak, sementara ribuan lainnya belum ditemukan dan diyakini masih terjebak di bawah reruntuhan bangunan yang hancur, menurut Kementerian Kesehatan yang dikelola oleh Hamas.

Sedangkan menurut data Israel, sekitar 1.200 orang tewas, sebagian besar terjadi pada serangan awal Hamas pada 7 Oktober yang memicu konflik mematikan tersebut.

Wartawan: Xinhua
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
HAK CIPTA © ANTARA 2023

Exit mobile version