NEWS

Dilema pembakaran batu bara di Indonesia

Indonesia menghadapi tantangan lingkungan dan kesehatan yang signifikan karena ketergantungannya pada pembangkit listrik bertenaga batu bara. Menyadari kebutuhan mendesak untuk beralih ke sumber energi yang lebih berkelanjutan, pemerintah Indonesia telah memulai perjalanan strategis menuju penonaktifan awal pembangkit listrik bertenaga batu bara.

Coal mining activities in East Kalimantan on 12 October 2021. The Indonesian Chamber of Commerce and Industry (Kadin) called for the business sector to remains vigilant amidst the rising price of commodities, including coal. The geopolitics was one of the factors behind the rising commodity prices. The Indonesia coal reference price (HBA) for October 2021 reached US$161.63/ton due to the rising demand in China. (Photo by Afriadi Hikmal/NurPhoto)NO USE FRANCE

Indonesia merupakan salah satu produsen dan konsumen batu bara terbesar di dunia, dengan 254 pembangkit listrik tenaga batu bara yang beroperasi dengan total kapasitas 51,56 gigawatt (GW). Terdapat tambahan 40 pembangkit listrik yang sedang dibangun dan lima pembangkit listrik yang sedang dalam tahap pra-izin. Meskipun ada target untuk mencapai emisi nol bersih pada tahun 2060, hanya sejumlah pembangkit listrik bertenaga batu bara yang direncanakan untuk dipensiunkan lebih awal. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan akan kemauan politik yang lebih besar, kriteria yang lebih ketat, dan dukungan finansial dari lembaga keuangan dan donor.

Diplomasi yang efektif dan tekad politik sangat penting bagi Indonesia untuk menyeimbangkan kepentingan berbagai pemangku kepentingan. Termasuk di dalamnya adalah investor, pemerintah, pembangkit listrik tenaga batu bara dan pekerja tambang, serta masyarakat umum. Menanggapi tuntutan kelompok-kelompok kepentingan yang terkait dengan industri batu bara, yang menentang penghentian pembangkit listrik tenaga batu bara karena ketidakpastian dan tantangan keuangan, dapat menghambat kemajuan menuju ekonomi rendah karbon.

Exit mobile version