Nabi Yusuf putra Nabi Yakub mengalami perlakuan tidak adil dari saudara-saudaranya sejak kecil.
“(Yaitu) ketika mereka berkata: “Sesungguhnya Yusuf dan saudaranya (Bunyamin) lebih dicintai oleh bapak kami dibandingkan diri kami sendiri, padahal kami (satu golongan) (kuat). Sesungguhnya ayah kami benar-benar sesat.” (QS. Yusuf ayat 8)
Meski tak mendapat kasih sayang dari ibunya, Yakub sangat menyayangi Yusuf. Sikap tersebut memicu kecemburuan di kalangan saudara-saudaranya yang merasa diperlakukan tidak adil oleh ayahnya seperti yang dikisahkan Ibnu Katsir dalam bukunya yang berjudul Kisah Para Nabi: Sejarah Lengkap Kehidupan Para Nabi dari Adam AS hingga Isa AS (2019).
Saudara-saudara Yusuf merencanakan berbagai cara untuk menyakitinya, termasuk membunuhnya, menjualnya kepada pengelana, atau meninggalkannya untuk dijadikan mangsa binatang buas. Mereka berhasil membujuk Yakub untuk mengizinkan Yusuf pergi bersama mereka. Awalnya Yakub ragu dan enggan melepas Yusuf, namun akhirnya mengiyakan meski tak yakin kakaknya bisa menjaga Yusuf dengan baik.
Ketika dia pergi bersama saudara-saudaranya, saudara-saudara Yusuf melemparkannya ke dalam sumur dengan maksud untuk mencelakainya. “Salah satu dari mereka berkata: ‘Janganlah kamu membunuh Yusuf, tetapi letakkan dia di dasar sumur agar dia dapat dijemput oleh beberapa orang musafir, jika kamu mau melakukannya.’” (QS. Yusuf ayat 10)
Akhirnya seorang musafir yang hendak mengambil air menemukan Yusuf dan menyelamatkannya. Yusuf kemudian dijual sebagai budak di Mesir kepada Qithfir bin Rauhib.
Di Mesir, Qithfir dan istrinya, Zulaikha, merawat Yusuf dengan baik hingga ia dewasa. Kesedihan Nabi Yakub atas kehilangan Yusuf membuatnya berduka selama beberapa hari. Namun, kehidupan Yusuf di Mesir membuktikan kehendak Tuhan untuk memberinya hikmat dan pengetahuan.
“Dan ketika dia sudah cukup umur, kami beri dia hikmah dan ilmu. Demikianlah kami memberi pahala kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS.Yusuf ayat 22)
Pada akhirnya, saudara-saudara Yusuf yang merencanakan kejahatan terhadapnya menjadi pihak yang dirugikan. Yusuf kemudian memaafkan mereka, menunjukkan bahwa kesabaran dan keteguhan iman akan mendatangkan rahmat Allah, sesuai firman-Nya dalam Alquran.