NEWS

Bos Pecat Karyawan yang Kurang Motivasi Setelah Orang Tuanya Meninggal, Tuai Kritik

Bos Pecat Karyawan yang Kurang Motivasi Setelah Orang Tuanya Meninggal, Tuai Kritik


Dalam situasi seperti ini, pemberi kerja harus mengakui betapa dalamnya rasa sakit dan kesulitan yang dialami pekerja. Wajar jika siapa pun yang mengalami kehilangan besar seperti ini harus melewati masa berduka dan membutuhkan waktu untuk kembali produktif.

Keputusan memecat karyawan ini bermula dari kesalahpahaman dan kurangnya simpati. Alih-alih memberikan waktu dan ruang yang dibutuhkan karyawan untuk pulih, atasan malah terburu-buru mengambil keputusan yang kemungkinan besar hanya akan menambah beban penderitaan karyawannya. Sayangnya, kurangnya empati dari atasan menjadi salah satu penyebab banyak orang memilih keluar dari perusahaan dan tidak menyukai lingkungan kerja.

Menurut survei terhadap lebih dari 1.000 pekerja Amerika, 54% mengungkapkan bahwa mereka meninggalkan pekerjaan sebelumnya karena atasan mereka tidak berempati terhadap perjuangan atau kehidupan pribadi mereka. Demikian pula, dari 889 pekerja AS yang disurvei oleh organisasi nirlaba Catalyst, 76% mengatakan mereka merasa terhubung dengan atasan yang berempati, sementara hanya 32% yang merasakan hal yang sama terhadap atasan yang kurang berempati.

Pengusaha harus menyadari bahwa ada kalanya karyawan terpengaruh oleh masalah pribadinya di tempat kerja. Menunjukkan sedikit simpati dapat membantu menjaga budaya kerja yang positif. Tunjukkan kepada karyawan bahwa mereka dihargai tidak hanya atas pekerjaan yang mereka lakukan, tetapi juga sebagai manusia yang memiliki perasaan dan kerentanan.

Exit mobile version