NEWS

BMKG: Terjadi 39 kali gempa susulan yang terpusat di Bayah Banten

Jakarta (ANTARA) – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan sedikitnya terjadi 39 kali gempa susulan yang berpusat di Laut Bayah Barat Daya, Banten hingga Senin sore.Kepala Pusat Gempa dan Tsunami BMKG Daryono di Jakarta, Senin, mengatakan puluhan gempa susulan berkekuatan M2,8 – M5,1 pada kedalaman 10 kilometer – 23 kilometer barat daya Bayah.

Dari informasi yang diterima, getaran gempa sebelumnya dirasakan di wilayah Surade, Tanjung Lesung, Pelabuhan Ratu dan beberapa wilayah DKI Jakarta.

Baca juga: Endapan Batuan Kuarter dan Tersier Perkuat Guncangan Gempa di Banten

Getaran yang dirasakan berada pada skala intensitas II MMI atau getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda ringan yang digantung bergoyang.

Zona gempa dan rangkaian gempa susulannya saat ini berada dekat dengan episentrum gempa bumi yang merusak Banten dan Jawa Barat dengan kekuatan Mw7,9 pada 27 Februari 1903, kata Daryono.

Menurut dia, hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan gempa tersebut memiliki mekanisme pergerakan ke atas atau tkesalahan terburu-buru yang merupakan cerminan gempa megathrust

Namun pihaknya memastikan, setelah memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenter, gempa tersebut merupakan gempa dangkal dan tidak berpotensi tsunami.

Sebelumnya, Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Muhammad Wafid mengungkapkan endapan kuarter dan batuan tersier yang mengalami pelapukan memperkuat dampak guncangan rawan gempa di perairan selatan Banten.

Pada Minggu (25/2) terjadi dua kali guncangan cukup besar; Gempa pertama terjadi pada pukul 20.07 WIB berkekuatan 5,7 magnitudo di kedalaman 23 kilometer. Kemudian terjadi gempa kedua berkekuatan 5,1 pada pukul 22.04 WIB.

Baca juga: Gempa Banten Tak Berpotensi Tsunami

Baca juga: Getaran Gempa Bayah Banten Terasa di Sukabumi

Lokasi terdekat dengan episentrum gempa antara lain Kabupaten Lebak, Pandeglang, Provinsi Banten, dan Sukabumi, Jawa Barat. Morfologi wilayah umumnya berupa dataran bergelombang dan bergelombang hingga perbukitan terjal.

Karena kerentanan yang ada, Badan Geologi merekomendasikan agar bangunan di kawasan ini dibangun dengan menggunakan konstruksi bangunan tahan gempa untuk menghindari risiko kerusakan. Bangunan juga harus dilengkapi dengan jalur dan tempat evakuasi.

Wartawan : M. Riezko Bima Elko Prasetyo
Redaktur: Endang Sukarelawati
Hak Cipta © ANTARA 2024

Exit mobile version