NEWS

BKKBN: Perluas target stunting sebesar 14 persen untuk mencapai Visi Indonesia 2045

BKKBN: Target stunting 14 persen perluas capai Visi Indonesia 2045

Sumber Daya Alam (SDA) tidak terbarukan, Kalimantan sumber daya alam melimpah, namun sumber daya manusia (SDM) juga tidak terbarukan. Jadi kalau sumber daya alamnya habis tapi manusianya tidak maju, sayang sekali. Salah satu indikatornya adalah stunting

Sambas (ANTARA) – Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menyatakan, jika Indonesia mampu mencapai target stunting sebesar 14 persen pada tahun 2024, maka potensi pencapaian Visi Indonesia 2045 akan semakin besar.Visi 2045 merupakan target Indonesia untuk menjadi negara berpendapatan tinggi sehingga dapat masuk dalam lima besar kekuatan ekonomi dunia.

“Sumber Daya Alam (SDA) tidak terbarukan, Kalimantan punya sumber daya alam yang melimpah, tapi sumber daya manusia (SDM) juga tidak terbarukan. Jadi kalau sumber daya alamnya habis tapi manusianya tidak maju, sayang sekali. indikatornya stunting,” ujarnya pada Rapat Koordinasi Tim Percepatan Stunting (TPPS) Kabupaten Sambas 2023, Kalimantan Barat, Jumat.

Visi Indonesia 2045 adalah target Indonesia untuk memiliki sumber daya manusia (SDM) yang unggul, berbudaya dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) serta perekonomian yang maju dan berkelanjutan.

Selain itu, Indonesia juga mempunyai target pembangunan yang berkeadilan dan inklusif serta menjadi negara yang demokratis, kreatif, dan bersih.

Hasto mengatakan, pada tahun 2020 hingga 2045, sebanyak 70 persen penduduk Indonesia akan berada pada usia produktif, yakni antara 15 hingga 64 tahun.

Rinciannya 44,19 juta perempuan dan 41,49 juta laki-laki berusia nol hingga 19 tahun, 32,97 juta perempuan dan 34,67 juta laki-laki berusia 15-29 tahun, 93,93 juta perempuan dan 95,71 juta laki-laki berusia 15-64 tahun.

Ia menegaskan, target penurunan stunting hingga level 14 persen merupakan rencana pemerintah yang sangat serius guna memanfaatkan bonus demografi Indonesia.

Hal ini sejalan dengan target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) tahun 2030 yaitu menghilangkan kelaparan dan mengurangi risiko malnutrisi serta menurunkan angka kematian neonatal.

“Salah satu indikator kinerja kepala daerah, indeks reformasi birokrasi secara tematis stunting. Target 14 persen itu serius karena tidak ada kesempatan kedua untuk mendapatkan bonus demografi,” ujarnya.

Hasto mengatakan, meski bonus demografi bisa terjadi dua kali seperti di Jepang, namun bagi Indonesia hanya datang satu kali sehingga harus dimanfaatkan sebaik-baiknya.

Menurutnya, Indonesia tidak bisa mendapatkan bonus demografi kedua karena orang tua di Tanah Air sulit produktif, mayoritas berpendidikan rendah, dan berpenghasilan rendah.

Ia mengingatkan, jika Indonesia tidak mampu menciptakan bonus demografi yang berkualitas, maka peluang Indonesia mencapai Visi 2045 akan semakin sulit.

“Memanfaatkan bonus demografi hanya diharapkan dari generasi muda ini. Tapi bagaimana kalau yang muda stunting, ”ujarnya.

Ia menambahkan, Presiden Joko Widodo juga telah mencontohkan, yakni negara-negara di Afrika yang melewati bonus demografi sehingga terjebak dalam kondisi berpendapatan menengah atau tinggi. jebakan pendapatan menengah.

Oleh karena itu, Hasto berpesan peningkatan kualitas sumber daya manusia juga harus menjadi prioritas pemerintah daerah guna mengoptimalkan kelimpahan sumber daya alam yang ada.

“Negara-negara di Afrika selamanya miskin. Jangan sampai terjadi seperti itu,” ujarnya.

Baca juga: Apindo – BKKBN Kepri Serahkan Bantuan kepada 100 Anak Stunting

Baca juga: BKKBN: Sumber air minum yang tidak tepat meningkatkan risiko stunting

Baca juga: BKKBN tekankan kerja sama pentahelix untuk mempercepat penurunan stunting

Wartawan: Astrid Faidlatul Habibah
Redaktur: Ahmad Buchori
HAK CIPTA © ANTARA 2023

Exit mobile version