Salah satu amalan mulia yang kekal hingga akhir dunia adalah apa yang dilakukan Utsman RA. Ayat-ayat yang telah dikumpulkan dan ditulis dalam lembaran-lembaran yang ditulis pada masa Khalifah Abu Bakar dan disimpan di rumah Hafshah sepeninggal Umar RA, diambil oleh Utsman RA. Kemudian karena kepentingan tersebut, Utsman membentuk suatu panitia yang diketuai oleh Zaid bin Thabit dengan anggota Abdullah bin Zubair, Said bin Aash dan Abdurahman bin Haarits.
Tugas panitia adalah mencatat Al-Qur’an yaitu dengan menyalinnya dari halaman hingga menjadi sebuah buku. Utsman berpesan, jika terjadi perselisihan di antara mereka dalam bacaannya maka hendaknya ayat-ayat tersebut ditulis sesuai dialek suku Quraisy karena Al-Quran diturunkan sesuai dialek mereka. Al-Qur’an yang telah dicatat diberi nama “Al Mushhaf” yang salah satunya berada di tangan Khalifah Utsman (Madinah) dan empat lainnya diutus ke Mekkah, Syam, Basra dan Kufah agar dapat disimpan. disalin di sana. Utsman RA akan tetap dikenang sebagai orang yang paling berjasa dalam bidang ini.
Utsman dan Perluasan Dakwah Islam
Pada masa Khalifah Utsman, perluasan dakwah Islam mengalami masa keemasan. Misalnya pada tahun 24 Hijriah, Utsman mengirimkan pasukan di bawah komando Alwalid bin Aqobah ke Azerbaijan dan Armenia, karena kedua wilayah tersebut telah membatalkan perjanjian yang dilakukan dengan kaum muslimin pada masa Umar RA. Pada tahun 25 H pula, masyarakat Aleksandria membatalkan perjanjian tersebut karena telah dijanjikan bantuan dari kekaisaran Romawi, namun negara tersebut segera menyerah dan kembali dikuasai secara damai oleh umat Islam.
Namun yang paling dahsyat adalah ketika Utsman mengutus Abdullah bin Saad (27 H) untuk menyerbu Afrika. Tentara Muslim yang berjumlah 20.000 orang menghadapi kaum Barbar yang terdiri dari 120.000 orang di bawah pimpinan raja mereka, Jarjir. Dengan pertolongan Allah SWT, kaum muslimin mampu mengalahkan mereka hingga menuju Andalusia (Spanyol). Para ahli sejarah menganggap era Utsman RA sebagai era kemenangan umat Islam dan era penaklukan oleh kekuatan Romawi, Persia, dan Turki.
Fitnah Besar dan Kematian Utsman
Pada penghujung tahun 34 H ISIS mulai dilanda fitnah yang sasarannya adalah Utsman RA yang mengakibatkan beliau terbunuh pada tahun berikutnya. Fitnah keji datang dari Mesir berupa tuduhan palsu yang dilontarkan oleh orang-orang yang datang umrah di bulan Rajab. Ali RA mati-matian membela Utsman dari serangan fitnah tersebut.
Hingga suatu saat keadaan semakin parah dan Utsman dikepung di rumahnya dan tidak pergi ke masjid. Suatu hari para pemberontak menyerbu rumahnya dan membunuhnya. Mereka sama sekali tidak mempunyai rasa iba terhadap Utsman yang telah berperang dalam Islam dan menghabiskan hartanya untuk berperang.
Ibnu Abidunia menyampaikan kisah Abdullah Bin Salaam, “Aku pergi ke rumah Utsman ketika dia sedang dikepung di rumahnya dan aku bertemu dengannya, lalu dia berkata, “Selamat datang saudaraku, aku bermimpi bertemu Rasulullah SAW di lorong sempit dan dia berkata :”Ya, Utsman, mereka mengepungmu?” Aku menjawab, “Ya” Nabi bertanya lagi, “Dan mereka membuatmu haus?” Saya menjawab, “Ya.” Kemudian Nabi memberiku sebuah ember berisi air dan aku meminumnya sampai aku kenyang dan aku merasakan dinginnya air itu di dada dan pundakku, lalu Beliau bersabda, “Jika kamu mau, kamu akan dimenangkan dan jika kamu mau, kamu akan mematahkan kepalamu. cepat di tempat kita.” Saat itu Utsman sedang berpuasa. Utsman berkata, “Aku memilih berbuka puasa di tempat Nabi SAW.” Tepat pada sore harinya, Utsman RA terbunuh. Beliau dimakamkan di semak-semak bukit sebelah timur pemakaman Albaqii, Jumat 35 H, 17 Dzulhijjah dalam usia 80 atau 82 tahun.