Penduduk setempat menyalahkan upaya pemerintah Dubai yakni menjalankan cloud seeding atas terjadinya banjir besar pada senin 15 April yang lalu.
Prinsip kerja cloud seeding adalah memasukkan zat tertentu yang dapat membantu awan badai menghasilkan curah hujan yang lebih tinggi. Apakah hal ini adalah pemicu turunnya “jatah” hujan setahun hanya dalam tempo waktu sehari di Dubai?
Upaya mengendalikan cuaca memang terdengar sekilas seperti berusaha menjadi dewa atau Tuhan, dan jika dihubungkan dengan berbagai mitos serta legenda masa lalu, upaya-upaya ini diyakini akan menyebabkan petaka atau azab.
Pemerintah Dubai sudah berupaya memanipulasi cuaca untuk memerangi kekeringan puluhan tahun. Sebagian negara telah melakukan hal yang sama dalam jangka waktu yang lebih panjang, namun upaya-upaya ini dinilai hanya berdampak kecil pengaruhnya kepada curah hujan, yakni sekitar 5 sampai dengan 15 persen.
Beberapa ilmuwan berpendapat cloud seeding bukan awal perkara terjadinya banjir terparah di Dubai.
Menurut beberapa ilmuwan, penyemaian awan bukanlah penyebab terjadinya banjir paling bersejarah di Dubai ini karena prinsipnya adalah meniru proses pembuatan hujan alami yang terjadi di dalam awan dengan percepatan dan bertujuan untuk menjatuhkan titik-titik hujan di tempat-tempat tertentu. Cloud seeding sendiri tidak bisa serta merta menciptakan awan dari yang sebelumnya tidak ada.
Para ilmuwan mengatakan bahwa hujan deras tersebut berasal dari sistem awan petir yang sangat jarang terjadi, yang diperkirakan akan membawa hujan deras, dan dampak dari penyebaran awan akan sangat kecil.