Sebelum menjadi pemimpin Nazi, Hitler adalah seorang seniman yang memiliki cita-cita tinggi. Sayangnya, ia ditolak oleh Akademi Seni Rupa Wina karena merasa kurang berbakat. Meski begitu, minatnya terhadap seni tak pernah pudar. Ia mengagumi karya seni klasik Yunani dan Romawi. Hitler menganggap seni modern, seperti Impresionisme, Kubisme, dan Dada, sebagai “seni yang merusak”.
Pada tahun 1930-an di bawah pemerintahannya, Nazi mulai menghapus karya seni yang “degeneratif” dari museum-museum Jerman. Karya-karya modern oleh Paul Klee, Pablo Picasso, Wilhelm Lehmbruck, dan Emile Nolde kemudian ditampilkan dalam pameran multikota tahun 1937 dan digambarkan sebagai “dokumen budaya karya dekaden Bolshevik dan Yahudi”.
Sepanjang perang, Hitler memerintahkan penyitaan karya seni dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya. Konon barang curian yang paling diidamkannya adalah Ghent Altarpiece. Karya-karya ini dimaksudkan untuk mengisi “museum super” yang direncanakan di Linz, Austria, yang dikenal sebagai Führermuseum.
6. Jangan minum alkohol, vegetarian dan pengguna narkoba
Dalam upaya membangun ras “Arya” yang unggul, Nazi dikenal karena mempromosikan kebijakan yang sadar akan kesehatan. Jadi, tidak mengherankan jika Hitler dikabarkan merupakan seorang peminum alkohol, bukan perokok, dan vegetarian. Namun gaya hidup sehatnya bertolak belakang dengan kebiasaannya menggunakan narkoba.
Menurut penelitian terbaru, pada tahun 1941 dokter pribadinya, Theodor Morell, mulai menyuntiknya dengan berbagai jenis obat-obatan, termasuk oxycodone, methamphetamine, morfin, dan bahkan kokain. Faktanya, penggunaan narkoba dilaporkan tersebar luas di seluruh Partai Nazi, dan tentara sering kali diberi sabu sebelum berperang.
Menjelang akhir hayatnya, Hitler dikabarkan kerap menggigil. Meskipun beberapa orang mengaitkan hal ini dengan penyakit Parkinson, yang lain berspekulasi bahwa hal ini disebabkan oleh penghentian obat, yang sulit diperoleh pada saat itu.